Rabu, 30 Mei 2012

Ujian Dikala Sendirian

Ayat bacaan: Kejadian 39:9
===========================
"..Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"

"Saya tidak bisa kemana-mana biarpun punya beberapa orang pegawai..." kata seorang teman menampik ajakan reuni teman-teman SMA beberapa waktu lalu. Apa yang menjadi masalahnya? Ia berkata bahwa sulit mempercayai kinerja dan kejujuran pegawainya tanpa ada yang mengawasi. Jika ia ada disana, semua berjalan dengan baik dan lancar. Tetapi ketika ia meninggalkan tempat, maka ada saja masalah yang terjadi disana. Ia bercerita bahwa pernah ada barang yang hilang, jumlah uang yang kurang, atau konsumen yang protes karena tidak mendapat pelayanan yang sigap. Ini mungkin menjadi keluhan banyak orang yang membuka usaha hari ini. Tidak sulit untuk mencari orang yang pintar, tetapi alangkah sulitnya mencari orang yang jujur. Ketika diawasi mereka bekerja baik, tetapi ketika tidak ada yang melihat maka mereka pun mulai memanfaatkan kesempatan untuk berbuat hal-hal yang buruk. Lembaga-lembaga pengawas terus berdiri di mana-mana, tapi lembaga-lembaga seperti ini pun tidak 100% bersih. Lembaga pengawas diawasi oleh lembaga pengawas lain, dan begitu seterusnya, itupun tidak serta merta membuat semuanya berjalan seperti apa yang diharapkan. Hingga batas tertentu angka korupsi mungkin bisa ditekan, tetapi layaknya tikus, mereka akan selalu mampu mencari lubang atau celah baru. Begitu menemukan jalan baru, atau ketika tidak diawasi, maka penipuan akan kembali terjadi.

Seperti itulah gambaran dunia kerja hari ini. Orang sepertinya lebih takut terhadap manusia ketimbang Tuhan. Mereka lebih takut hukuman di dunia ketimbang hukuman yang kekal kelak menimpa mereka yang berlaku tidak jujur. Mereka akan tertawa bangga apabila berhasil lolos dari pengamatan manusia dan lupa bahwa Tuhan akan selalu melihat segalanya dengan jelas, tak peduli serapi apapun mereka menyembunyikannya. Di depan banyak orang terlihat rohani, tetapi begitu tidak ada yang melihat berbagai penyimpangan pun dilakukan. Karena itulah saya menganggap bahwa indikator sebenarnya dari ketaatan kita justru akan terlihat ketika kita sendirian, tidak ada yang mengamati atau melihat.

Kita bisa belajar dari Yusuf akan hal ini. Yusuf adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang lulus ujian ketaatan dengan nilai yang sangat baik. Mari kita lihat apa yang terjadi ketika Yusuf diangkat majikannya Potifar untuk menjadi pelayan pribadi sehingga Yusuf leluasa keluar masuk rumah majikannya dengan mudah. Kepada Yusuf juga diberikan kekuasaan atas rumah dan harta benda miliknya (Kejadian 39:4). Artinya Yusuf dianggap mampu dipercaya lebih dari para bawahan lainnya. Pada saat itu datanglah sebuah ujian. Istri Potifar menaruh minat terhadap Yusuf atas segala kualitas dirinya, ditambah lagi bahwa Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. (ay 6). Istri Potifar pun kemudian menggoda Yusuf. "Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." (ay 7). Perhatikan pada saat itu Yusuf sedang sendirian bersama istri tuannya di rumah. Tidak ada yang melihat bukan? Artinya ia bisa dengan sangat mudah menuruti keinginan ibu majikannya. Kesempatan sudah terbuka lebar. Tetapi lihat bagaimana Yusuf dengan tegas menolak. Bahkan ketika wanita itu berulang kali merayu, Yusuf tidak bergeming dan memilih untuk menjauh darinya. (ay 13). Yusuf menolak kenikmatan yang hadir di depan mata. Ia memilih untuk tetap taat, meski konsekuensinya ia difitnah oleh istri Potifar yang merasa sakit hati dan karenanya harus mendekam di penjara untuk waktu yang cukup lama.

Mengapa Yusuf memutuskan untuk bersikap tegas dalam ketaatan seperti itu? Ada dua alasan. Pertama, Yusuf mau memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan tuannya Potifar terhadap dirinya. Kedua, dan yang paling penting, Yusuf tahu bahwa biar bagaimanapun Tuhan akan melihat apapun yang dilakukannya. Meski ketika ia sendirian, meski ketika tidak ada satupun manusia yang melihat, Yusuf tetap teguh memegang ketaatannya kepada Tuhan. Ia berkata: "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ay 9).

Berbagai tawaran yang menyesatkan biasanya dikemas dalam kenikmatan atau kesenangan yang sepintas terlihat menggiurkan. Ada banyak orang yang menjadi mudah tergiur ketika mereka sedang sendirian tanpa ada yang mengamati. Yusuf berhadapan dengan godaan yang bagi kedagingannya mungkin akan terasa nikmat, tetapi Yusuf memutuskan untuk tetap taat meski kesempatan saat itu terbuka lebar. Jika kita berada pada posisi Yusuf, apa yang akan kita lakukan? Pada saat kita bekerja dan tidak ada atasan yang mengawasi, apakah kita akan tetap melakukan yang terbaik seperti halnya ketika mereka ada disana?

Godaan akan selalu datang dalam hidup kita. Bahkan intensitasnya biasanya akan meningkat pada saat kita sedang sendirian. Tapi kita harus ingat bahwa biar bagaimanapun Tuhan tetap mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan. Berbagai bentuk penipuan, kejahatan dan dosa-dosa walaupun kita sembunyikan serapi apapun akan diketahui Tuhan. Orang-orang yang jahat akan berpikir bahwa mereka bisa menyembunyikannya dari Tuhan. Mereka akan sangat sibuk mencari cara dan menyiapkan dalih dengan sejuta alasan untuk menutupinya. Pemazmur mengatakan hal tersebut seperti ini: "Ia berkata dalam hatinya: "Allah melupakannya; Ia menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya." (Mazmur 10:11). Benarkah demikian? Tentu tidak. Lihatlah apa kata Tuhan dalam kitab Yesaya. "Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap TUHAN, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: "Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?" Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? (Yesaya 29:15-16). Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa Tuhan akan mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan, Meski kita pintar memutarbalikkan segala sesuatu hingga manusia bisa dikelabuhi, itu tidak akan pernah berhasil ketika kita berhadapan dengan Sang Pencipta dan Pemilik kita.

Tuhan mengetahui segalanya, bahkan yang tersembunyi paling dalam dan rapat sekalipun. Firman Tuhan berkata "Sebab Aku mengamat-amati segala tingkah langkah mereka; semuanya itu tidak tersembunyi dari pandangan-Ku, dan kesalahan merekapun tidak terlindung di depan mata-Ku." (Yeremia 16:17). Tidak peduli sepintar apapun kita menutupi kejahatan yang kita lakukan, Tuhan akan tetap melihat seluruhnya, "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap." (Markus 4:22). Jika kita berpikir bahwa itu hanyalah masalah bagi orang-orang diluar Kristus saja, itu sangatlah keliru. Kenyataannya ada banyak pula di antara orang percaya yang terjatuh dalam jerat dosa ketika mereka memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan dan berbagai kejahatan lainnya, terutama ketika mereka merasa aman atas perbuatan buruk mereka. Dan hal ini pun sudah terjadi sejak dahulu kala. Pikiran bahwa Tuhan tidak melihat kejahatan manusia pun bisa menimpa tua-tua Israel, orang-orang yang seharusnya menjadi teladan. (Yehezkiel 8:12).

Ada atau tidak manusia yang melihat, ingatlah bahwa Tuhan tetap sanggup melihat semuanya itu secara jelas. Yusuf mengerti betul akan hal itu dan ia tidak terjebak untuk melakukan hal yang mengecewakan Tuhan meski kesempatan untuk itu ada. Kualitas diri kita seringkali bukan diukur ketika kita sedang berada di tengah-tengah orang lain, tetapi justru akan terukur jelas apabila kita sedang sendirian. Sudahkah kita menjadi orang-orang yang bisa dipercaya sepenuhnya, baik oleh sesama kita maupun oleh Tuhan? Ingatlah apa yang dilakukan Yusuf pada saat anda tengah sendirian dan berhadapan dengan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang bukan hak anda dengan cara-cara yang salah. Jangan termakan godaan apapun dan teruslah berpegang teguh pada Tuhan. Mari kita uji karakter dan sikap hidup kita hari ini, apakah kita sudah bisa dipercaya atau belum. Jika belum, segeralah berhenti melakukannya, karena kita tidak akan pernah bisa mengelabuhi Tuhan biar bagaimanapun. Apabila godaan itu datang, katakanlah seperti apa yang dikatakan oleh Yusuf: "..Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"

 Pegang terus kejujuran dan ketaatan meski tidak ada orang yang memperhatikan.

Amsal 5 :21 Karena segala jalan orang terbuka didepan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya!

Selasa, 29 Mei 2012

Mengasihi Dalam Ketidaksempurnaan

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.  (1 Korintus 13:4-8)

Alkisah seorang pria yang sudah bertahun-tahun melajang berdoa kepada Tuhan. "Tuhan, mengapa hingga saat ini aku masih belum juga memiliki pasangan hidup?" katanya. Dengan lembut, Tuhan menjawab, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak pernah memintanya."

Si pemuda ini terdiam dan mengamini ucapan Tuhan. "Kalau begitu, dapatkah Engkau memberikan padaku pasangan yang selama ini aku idam-idamkan? Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, serta penuh perhatian. Aku percaya, Engkau adalah Tuhan yang Maha Pemurah, tentu Engkau akan mengabulkan doaku dan membuatnya indah pada waktunya," ujar si pemuda itu. Tuhan hanya tersenyum.

Seiring dengan berlalunya waktu, si pemuda ini menambahkan daftar kriteria pasangan hidup yang diinginkannya. Misalnya, ia menginginkan pasangannya itu seorang yang penurut, tidak pernah mengeluh, pandai mengasuh anak, pandai memasak, dan seterusnya.

Dalam sebuah doa malam, Tuhan datang menyapa si pemuda ini. "Anak-Ku, Aku tidak dapat memberikan kepadamu pasangan yang engkau inginkan," kata Tuhan dengan penuh kasih. "Mengapa Tuhan? Apakah Engkau marah kepadaku, Tuhan?" tanya si pemuda ini. "Tidak, sama sekali tidak!" kata Tuhan. "Lalu, mengapa tidak Engkau berikan saja, Tuhan?" tanya si pemuda dengan nada penasaran. Dengan lembut Tuhan menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan yang Maha Adil. Aku adalah kebenaran dan segala yang Kulakukan adalah benar."

Penuh kebingungan pemuda ini kembali bertanya, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang kumohon?" Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang peka terhadap kebutuhanmu, namun engkau sendiri tidak peka terhadap kebutuhan sesama di sekitarmu."

Si pemuda ini hanya terdiam. "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seorang pasangan hidup yang dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu itu akan berasal dari tulang rusukmu dan engkau akan melihat dirimu sendiri dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Aku tidak memberikan kepadamu pasangan yang sempurna karena engkau sendiri tidaklah sempurna. Namun, Aku akan memberikan kepadamu pasangan yang akan bertumbuh bersamamu menjadi insan yang lebih baik dari hari ke hari."

Apa hikmah yang bisa kita petik dari cerita di atas? Pertama, dalam hidup ini kita seringkali mengharapkan orang lain sempurna namun kita lupa bahwa diri kita pun bukanlah makhluk yang sempurna. Itulah sebabnya kita cenderung ingin agar orang lain berubah namun kita enggan merubah diri kita sendiri terlebih dahulu.

Kedua, dalam ketidaksempurnaan itu kita sebenarnya dapat saling mengasihi bahkan tumbuh bersama. Keadaan yang tidak sempurna inilah sebenarnya yang memungkinkan adanya "ruang" bagi perkembangan masing-masing pribadi yang ada di dalamnya. Bayangkan jika semua orang di dunia ini penuh kasih sayang yang sempurna satu sama lain, tentu kita akan lebih sulit lagi menumbuhkan kualitas kasih dalam hati dan hidup kita. Justru di tengah situasi yang penuh dengan kebencian, kita memiliki peluang yang amat besar untuk menyebarkan kasih sayang kepada sesama.

Mengasihi versus Mencintai
Saya masih ingat pengalaman ketika memberikan training kepemimpinan di Denpasar, beberapa waktu lalu. Dalam training itu saya katakan betapa pentingnya relationship dalam leadership. Hal ini sangat logis. Bukankah kita tidak akan mengikuti kepemimpinan seseorang yang tidak kita sukai? Dan, dengan sangat jelas kita bisa melihat kondisi atau lingkungan kerja yang tidak menyenangkan karena orang-orang di dalam sebuah organisasi tersebut tidak mampu berhubungan baik.

Lebih lanjut saya mengatakan agar sebuah hubungan baik bisa terjalin, seorang pemimpin harus melihat orang-orang yang dipimpinnya sebagai pribadi yang harus dikasihi bukan dieksploitasi. Sayangnya, tidak sedikit pemimpin (terutama pemimpin bisnis) yang masih menganggap stafnya sebagai alat produksi alias mesin uang bagi kepentingan dirinya semata. Ironis!

Yang membuat hari itu begitu berkesan bagi saya adalah ketika salah seorang peserta menanyakan kepada saya, apa perbedaan antara mencintai dan mengasihi. Terus terang saya agak terkejut dengan pertanyaan semacam ini. Kemudian saya teringat kepada Yesus yang mengasihi murid-murid-Nya dengan begitu tulus dan tanpa syarat Yohanes mencatat bahwa Yesus senantiasa mengasihi murid-murid-Nya bahkan Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya (Yohanes 13:1). Dari gambaran itulah saya kemudian menjawab, "Kasih itu tidak bersyarat. Unconditional! Sementara cinta penuh dengan berbagai macam syarat."

Secara pribadi saya bukanlah tipe orang yang suka berdebat mengenai istilah namun dalam hal mencintai atau mengasihi, saya rasa, kita harus lebih banyak merenung dan bercermin diri. Sungguhkah saya mengasihi orang lain atau saya hanya mencintai mereka?

Unconditionally Love


KASIH TAK BERSYARAT

"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa"  
Roma 5:8

"Mengapa anda mencintai suami anda?" atau "Mengapa anda mencintai istri anda?" pasti banyak diantara kita yang pernah mendengar pertanyaan ini dan banyak pula diantara kita yang menyebutkan bahwa kecantikan, ketampanan, kepribadian, penampilan, ketrampilan, kepintaran, kebaikan, rasa humor dari pasangan kita dan lain-lain sebagai jawabannya.
Namun bagaimana jika seiring dengan berjalannya waktu, suami atau istri anda berhenti memiliki setiap hal yang disebutkan diatas. Apakah anda masih tetap mencintainya? secara logika pasti jawabannya adalah 'tidak', bukan? Jika dasar dari kita mencintai pasangan (suami atau istri) kita adalah mengenai hal-hal diatas maka hal-hal tersebut akan berangsur-angsur pudar dan rasa cinta kitapun akan hilang dan lenyap.

Satu-satunya jalan agar cinta dapat bertahan seumur hidup adalah cinta yang tanpa syarat (agape). Cinta yang Allah berikan kepada kita, karena cinta itu berasal dari Allah. Ia begitu penuh cinta.  Alkitab mengatakan : "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita ( I Yohanes 4:10). Apabila Ia berkeras agar kita membuktikan diri layak mendapatkan kasih atau cinta-Nya, kita pasti akan gagal total. Namun, cinta Allah adalah pilihan yang Ia buat sendiri. ini adalah sesuatu yang kita terima dari Dia dan kemudian kita bagikan kepada orang lain (termasuk istri atau suami kita). "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (I Yohanes 4:19), dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus hidup kita dari kematian yang kekal (Yohanes 3:16).

Cinta tanpa syarat yakni cinta agape tidak akan goyah oleh waktu atau keadaan. Justru akan semakin teruji dan membuktikan serta menunjukkan bahwa cinta agape itu adalah cinta yang sejati, yang berasal dari Allah. Cinta yang "menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu ( I Korintus 13:7). Firman Tuhan berkata : Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Roma 8:35). Apapun itu tak dapat menjauhkan kita dari cintaNya. Dengan pengorbanan dan kematian AnakNya yaitu Kristus di kayu salib menunjukkan bahwa Allah sungguh mencintai manusia dengan cinta (agape)-Nya.

Pertanyaannya : Apakah kita sudah mencintai sesama kita (suami,istri,orang tua,anak,saudara) dengan kasih yang tak bersyarat? Apakah kita sudah mempraktekan dengan membagikan cintaNya dalam setiap kehidupan kita sebagai wujud kita mengasihiNya?   

Beberapa hari lagi kita akan memperingati kematian Yesus Kristus, biarlah dalam kesempatan ini kita mengingat kembali cintaNya yang besar bagi setiap kita umat tebusanNya dan juga merupakan kesempatan yang terindah untuk kita bisa membagikan cintaNya bagi sesama setiap waktu. Amin!

Selamat Paskah.
Βella
 

Kamis, 17 Mei 2012

Endless Love


My love, There's only you in my life
The only thing that's bright
My first love, You're every breath that I take
You're every step I make

And I
I want to share All my love with you
No one else will do...
And your eyes, Your eyes, your eyes
They tell me how much you care
Ooh yes, you will always be
My endless love

Two hearts, Two hearts that beat as one
Our lives have just begun Forever
I'll hold you close in my arms
I can't resist your charms

And love Oh, love
I'll be a fool For you, I'm sure
You know I don't mind Oh, you know I don't mind

'Cause you, You mean the world to me
Oh I know, I know
I've found in you
My endless love