Jenny tergesa-gesa mencuci tangannya. Segera setelah itu,
ia
berlari ke kelas
meninggalkan teman-temannya. Bocah berusia empat
tahun ini
membenamkan kepalanya ke dalam tas ransel besarnya. Tak
lama kemudian,
suaranya yang lantang membuat saya, yang saat itu
berjalan
melewati kelasnya yang terbuka, tercengang melihat ulahnya.
"Ibu guru,
aku sedang sembunyi!" Jenny berpikir jika kepalanya tidak
terlihat, maka
seluruh tubuhnya pun tidak akan terlihat!
Apa yang Jenny
lakukan mengingatkan saya tentang Tuhan Yang
Mahatahu. Tuhan
mengenal dan menyelidiki kita (ayat 1). Dia tahu apa
yang kita
lakukan, yang juga dapat diketahui orang lain. Dia tahu
keseharian hidup
kita: duduk, berdiri, berjalan, berbaring (ayat
2-3). Ia bahkan
tahu apa yang orang lain tidak tahu: sesuatu yang
tersimpan dalam
pikiran kita (ayat 2) serta perkataan yang belum
keluar dari mulut
kita (ayat 4). Benarlah apa yang pemazmur katakan
bahwa kita tidak
mungkin dapat bersembunyi dari hadapan-Nya.
Disadari atau
tidak, mungkin adakalanya Anda dan saya bertingkah
seperti Jenny.
Kita berusaha menyembunyikan rapat-rapat kesalahan
kita dari
hadapan Tuhan. Kita berlari menjauh dari-Nya, berpikir
bahwa kita dapat
hidup tanpa berurusan dengan Tuhan. Betapa sia-sia
hidup seperti
itu! Pemahaman bahwa Tuhan Mahatahu seharusnya membuat
kita tidak lagi
berlari dan bersembunyi dari Tuhan, tetapi justru
membawa diri
kita untuk senantiasa dikenal dan diselidiki oleh
Tuhan. Membuka
diri untuk ditegur, diperbaiki, dan dibentuk semakin
serupa dengan
Kristus.
SELIDIKILAH
AKU, YA ALLAH DAN PERIKSALAH HATIKU
UJILAH
AKU DAN TUNTUNLAH AKU DI JALAN YANG KEKAL!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar