Selasa, 12 Juni 2012

Perselingkuhan Istri Selamatkan Pernikahan Kami

Istri saya berulang kali mengucapkan kalimat yang tak dapat saya pahami, “Saya keluar dari rumah ini.” Saya mencoba mencari di matanya cinta yang saya kenali dengan akrab, namun tidak kutemukan saat itu. Saya hanya dapat berpikir, “Siapa wanita ini? Wanita yang telah menjadi istri saya selama dua tahun terakhir ini mendadak berubah.

“Apa maksudmu? Mengapa engkau ingin pergi,” saya bertanya dalam kebingungan.

“Saya tidak bahagia, kesepian, kacau balau sebenarnya. Jadi, saya katakan ini kepadamu. Engkau membuatku menderita. Mungkin bila kita tak bersama, kita akan menjadi lebih dekat.”

Saya menyentuh tangannya tapi langsung ditampiknya saat saya berkata, “Sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin perpisahan akan membuat kita menjadi lebih dekat?”

“Saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya tidak bisa lagi tinggal di sini. Saya butuh waktu untuk menyelesaikan masalah ini – saya butuh sendiri. Saya bahkan tidak yakin lagi kalau saya masih mencintaimu... seperi yang pernah saya rasakan.”

Saya berdiri terpaku sambil memohon kepadanya, “Tolong jangan pergi sekarang. Dapatkah engkau menunggu sampai esok?”

Dengan diam, ia mengambil kopernya, menggantungkan tasnya di bahu dan membalikkan badan sambil berjalan keluar dari pintu depan rumah kami.

Saya sadar bahwa saya belum menjadi suami terbaik, dan saya sering marah kepadanya, dan ego saya yang selalu merasa benar membuatnya selalu berada di posisi yang salah. Saya sadar bahwa akhir-akhir ini ia semakin menjauh. Tapi saya tidak pernah tahu bahwa sesungguhnya istri saya telah berselingkuh.

Bulan-bulan setelah kepergian Nancy, saya hancur berantakan. Setiap kali saya meleponnya, saya akan mulai menangis dan bertanya apa yang dapat saya lakukan agar ia pulang kembali ke rumah. Namun ia hanya menjawab seluruh pertanyaan itu dengan satu kalimat, “Saya harus pergi.” dan langsung menutup telepon.

Saya meminta teman saya untuk memata-matainya, dan mereka mengatakan kepada saya bahwa dia tampak baik-baik saja... bahagia. Mereka mengatakan kepada saya untuk melanjutkan hidup saya dan mencoba untuk menerima kenyataan bahwa dia sudah pergi. Ketika Nancy mengatakan kepada saya bahwa dia telah mengajukan surat cerai, saya percaya bahwa pernikahan kami sudah berakhir.

Lalu suatu malam, setelah secara ajaib terjadi perubahan sikap hati padanya, (baca buku Nancy Avoiding The Greener Grass Syndrome untuk kisah lengkapnya), Nancy pulang ke rumah dan berkata, “Saya telah membohongimu selama ini, tapi saya akan mengatakan kebenaran saat ini. Tanyakan apa saja kepada saya.”

“Apakah ada pria lain? Apakah engkau berselingkuh?”

Nancy memalingkan muka dan berbisik, “Ya, dengan seorang pria di tempat kerja. Tapi perselingkuhan itu telah berakhir hari ini. Saya akan keluar dari pekerjaan saya besok, dan saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Saya harap kamu dapat menerima saya kembali dan kita dapat mempertahankan pernikahan ini.”

Keputusan untuk memaafkan terjadi secara singkat, namun membangun kembali pernikahan kami memakan waktu yang cukup lama. Saya merasa baik pada suatu hari dan kehilangan pengharapan di hari lainnya. Lalu Nancy akan menjadi frustrasi dan bingung. Ada minggu-minggu di mana kami saling memperhatikan dan mencintai, namun kemudian kami tergelincir ke dalam pola lama dan harus mengingatkan diri kami sendiri untuk kembali ke jalur yang benar.

Ketika kami kembali bersama, akan menjadi hari yang baik jika kami saling bersikap sopan satu dengan yang lain. Jika kami dapat berkata “tolong” dan “terima kasih” dan bukannya bertengkar dan berteriak, hanya itu yang dapat kami harapkan.

Hal pertama yang kami lakukan adalah mendapatkan saran yang alkitabiah dari beberapa orang Kristen yang bijaksana. Kemudian kami menghabiskan waktu selama beberapa bulan untuk bertemu dengan seorang konselor pernikahan Kristen. Kami terlibat aktif dalam komsel pasangan di gereja, dan mulai membaca bahan-bahan pernikahan. Kami sadar kami harus mencari tahu, “Oke, apa yang seharusnya suami lakukan? Apa peran saya? Seperti apakah peran itu?” Dan Nancy juga mencari tahu, “Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri yang saleh?” Kami belajar prinsip-prinsip Alkitab dan menemukan cara praktis untuk menerapkannya.

Hal penting lainnya untuk memulihkan hubungan kami adalah dengan menawarkan pengampunan satu sama lain sementara diri kami sendiri berusaha untuk berubah.

Ketika kami tergelincir, kami mencoba untuk tidak terlalu jauh menyimpang karena kami tahu kami sedang mencoba. Rasanya kami berdua bagaikan pendulum pararel yang berayun bolak-balik, saling kehilangan satu dengan yang lain. Namun melalui penguasaan diri dan mempelajari Firman Allah, dan menempatkan prinsip-prinsip tersebut ke dalam pernikahan kami, akhirnya kami menjadi seperti dua pendulum yang berjalan beriringan. Namun dibutuhkan waktu, pengendalian diri dan komitmen yang kuat.

Banyak kebiasaan lama yang sudah terbentuk sangat sulit untuk dihancurkan. Sebelumnya, kami akan menunggu orang lain untuk membuat kesalahan sehingga kami dapat menyalahkannya. Namun ketika kami memulai siklus baru ini, saya mencoba untuk menyenangkan dirinya dan dia mencoba untuk menyenangkan saya.

Mungkin satu hal yan paling membantu saya adalah pesan Tuhan dalam 1 Petrus 3:7 dimana firman ini memerintahkan saya untuk tinggal bersama dengan istri saya melalui pemahaman. Selama bertahun-tahun pelawak di televisi berkata, “Oh, saya tidak dapat memahami istri saya.” Ini adalah pepatah lelucon dalam budaya masyarakat kita. Tetapi jika Alkitab mengatakan kepada kita untuk tinggal bersama istri kita dalam pemahaman, maka itu adalah suatu hal yang mungkin.

Saya tidak menanyakan detail perselingkuhan Nancy. Saya tidak ingin terobsesi mengenai apa yang telah dia lakukan dan di mana ia melakukannya. Ketika pikiran mengenai dia dan pria itu datang mengejek saya, saya tidak mengizinkan pikiran itu untuk tinggal berlama-lama dalam otak saya. Sebaliknya, saya memilih untuk memikirkan masa depan yang sedang kami bangun. Saya membaca Filipi 4:8, yang membantu saya untuk memikirkan hal-hal yang murni, mengagumkan, indah dan baik. Dan saya melakukan misi pribadi saya untuk memahami istri saya.

Saya belajar bahwa istri saya lebih sensitif daripada teman saya. Saya bisa saja mengolok-olok teman saya, dan ia hanya akan meresponinya dengan penghinaan lucu. Tapi ketika saya mengolok-olok Nancy, hal itu akan menghancurkannya baik secara emosional dan spiritual. Hal itu menyakitkan baginya, dan ia akan menarik diri dari saya.

Saya belajar jika istri saya berkata, “Engkau suka memancing emosi, dan itu membuatku takut,” maka saya harus berhenti untuk mencoba memancing emosinya. Jika saya mencintainya, mengapa saya ingin menakut-nakuti dia?

Semakin saya memahami istri saya, dan menghormati perbedaan yang telah Tuhan anugerahkan, semakin jarang kami bertengkar. Kami dulu punya 'argumen percikap api” yang hanya membutuhkan sedikit api untuk mengubahnya menjadi perang dunia dalam 90 detik. Saat kami mematikan percikap api itu, keintiman tumbuh dan cinta kami tumbuh.

Dalam waktu singkat, Nancy menyadari betapa berartinya pengampunan saya itu baginya. Berulangkali ia mengucapkan terima kasih kepada saya karena bersedia menerimanya kembali. Dia memperlakukan saya dengan rasa hormat yang berbeda, dan saya mulai menghargai dia.

Saya tidak pernah menyesali pilihan saya untuk mengampuni Nancy. Sudah lebih dari 25 tahun berlalu sejak perselingkuhan Nancy terjadi namun kami tidak pernah berhenti belajar dari hal itu.

Perselingkuhan Nancy adalah gejala dari kondisi pernikahan kami yan sakit parah. Saya tidak menyangkali perilakunya, namun saya bukanlah suami yang penuh kasih, perhatian dan membahagikan baginya. Berulangkali ia mencoba untuk mengatakan betapa sedih, kesepian dan merasa putus asanya dirinya, dan secara egois saya mencoba untuk berbicara di luar kebutuhannya. Saya tidak cukup memujinya, dan saya bukan pemimpin rohani di rumah kami. Pernikahan kami berantakan, dan banyak dari kondisi itu adalah kesalahan saya.

Kami harus belajar bahwa Firman Allah adalah sistem nilai kami dan meskipun emosi kami dapat berubah, namun Firman Allah tidak berubah. Yang benar adalah kebenaran.

Teori kami adalah: selalu berusaha memiliki hubungan yang baik dengan pasangan. Jangan biarkan diri Anda lengah bahkan untuk sejenak. Jangan saling memanfaatkan satu sama lain, dan berhati-hatilah untuk tidak terjebak dalam emosi karena emosi dapat menipu.

Kami takjub saat melihat betapa jauhnya hasil yang sudah kami capai – kami banyak tertawa saat ini dan benar-benar menikmati satu sama lain. Anak laki-laki kami yang berusia 22 tahun masih sering melihat kami berpegangan tangan dan melihat bagaimana kami memberikan teladan akan belas kasihan dan pemulihan.

Kami memiliki rumah tangga yang rusak, namun dengan bantuan Tuhan dan usaha keras, rumah tangga itu sepenuhnya pulih – bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Perselingkuhan iastri saya telah menghancurkan pernikahan kami... namun perselingkuhan itu juga telah menyelamatkan pernikahan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar