Selasa, 31 Januari 2012

3 Menit Baca: Wujud Integritas (lanjutan)

3 Menit Baca: Wujud Integritas (lanjutan): 3 MENIT BACA Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda! 31 Januari 2012 Wujud Integritas (lanjutan) 0 81 . Ketulusan...

Love Hurts

Hai girls...  4 Sebab Tak Terduga yang Buat Pria Sakit Hati. Wanita dikenal punya perasaan yang lebih sensitif dibandingkan pria. Tapi ternyata ada beberapa hal tak terduga yang diam-diam membuat pria sakit hati, terutama jika itu dilakukan oleh kekasihnya sendiri.

 Jika wanita bisa dengan lugas meluapkan emosi dan perasaannya ketika sakit hati, pria cenderung
 menyimpannya dalam hati karena tidak suka konfrontasi. Berikut ini hal-hal tak terduga yang bisa
 menyakiti hati pria cekidot yaaa... pasang kuping buka mata...

1. Meremehkan Pekerjaannya. 

Pekerjaan pria merupakan bagian penting dalam kehidupannya, yang menunjukkan jati dirinya. Secara naluriah,pria dianggap sebagai penyedia atau pemberi nafkah. Ketika Kamu melontarkan lelucon negatif soal pekerjaannya, atau tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, hal itu bisa menyinggung sisi kelelakiannya. Jika pria diciptakan sebagai pemberi nafkah namun ada wanita yang mengritik pekerjaannya, sama saja dengan mengatakan dia bukan pria seutuhnya.

2. Tidak Mengenalkannya Saat Bertemu Teman

Beberapa di antara Kamu mungkin pernah mengalami situasi ini: saat jalan berdua dengan kekasih, tiba-tiba
bertemu sahabat yang sudah sangat lama tak bertemu. Saking rindunya, Kamu pun langsung berlari  ke arah teman tersebut, bersalaman/berpelukan dan asyik mengobrol sehingga lupa mengenalkan sang  kekasih yang berdiri canggung di samping Kamu. Mungkin kelihatannya hal sepele, tapi pria akan  merasa bodoh jika kekasihnya asyik mengobrol dengan orang lain dan bersikap seolah dia tidak ada di  dekat Kamu. Perasaannya akan lebih sakit jika sahabat yang diajak bicara adalah pria.

3. Menolak Bantuannya di Depan Orang Lain

Kamu terbiasa membawa barang belanjaan sendiri, membuka tutup botol atau membetulkan mobil sendiri.
Bisa dibilang, Kamu adalah wanita mandiri yang tidak harus selalu tergantung pada kekasihnya. Pria tidak
masalah jika kekasihnya berkata, "Tidak perlu membantu, aku bisa melakukannya sendiri" saat dia
menawarkan bantuan; tapi jika di situasi tersebut hanya antara dia dan sang pacar. Tapi bila hal itu  terjadi di depan teman-teman atau orangtua si wanita, tanpa sadar dia akan merasa dianggap malas oleh  mereka. Berilah si dia kesempatan untuk membantu Kamu, meskipun sebenarnya Kamu tidak memerlukannya.

4. Membatalkan Janji di Menit-menit Terakhir

Setiap orang pasti akan kesal jika janji kencannya dibatalkan secara mendadak. Tapi bagi pria, tak hanya
kesal yang dia dapat melainkan juga sakit hati. Dalam hal kencan, pria cenderung lebih spontan daripada
wanita dan lebih suka mengajak kencan tanpa rencana dari jauh-jauh hari. Ketika pria akhirnya mencoba
berbuat sesuatu yang spesial --misalnya merencanakan makan malam romantis di restoran  mewah-- namun Kamu tiba-tiba membatalkannya satu hari atau bahkan dua jam sebelum janjian, dia akan  merasa harga dirinya telah dijatuhkan hingga titik terbawah...
tambahan dari para pria???

Mencintai

Mencintai seseorang harusnya seperti orang buta..
Yang tak pernah melihat sisi luarnya,tapi melihat dari kesungguhan hatinya.

Mencintai seseorang harusnya seperti orang Bisu..
Yang tak pernah menjanjikan kata kata,tapi membuktikannya dengan isyarat tubuhnya.

Mencintai seseorang harusnya seperti orang TULI..
Yang tak pernah mendengar apa apa dari orang lain,tapi hanya percaya dengan apa yang dia dengar dari kekasihnya.

I AM Near (JESUS SAYS)

When the world’s raging, all around you
You’ll see, I Am so near
No need, to be so troubled
Or walk or live, in fear,

I’m right there with you, through it all
You’ll see, I Am right here
So just go on, and Trust in Me
Get your mind, in gear,

Set upon, heavenly things
Upon the future, not the past
And upon The Promises, in My Word
In which, you live and last,

I’m in control, so Trust Me
Set your heart, on things above
And you will see, I’m there for you
With Strength, and Grace and Love.

I am not ashamed

I am not ashamed
Of My Lord and The Message true
Of His Gospel Of Peace and Salvation
Offered Freely unto me and you,

It is The Power Of God
Of His Salvation Clear and Free
For whosoever will
Receive His Son Down here, let Him be,

You’re Lord and Savior
And Forgiver of all your sin
Now and Then, forever
For all, Who through Him will enter in,

And come into God’s Family
Be Born Again and Yet too
A Whole new life In Jesus Christ
For you and only you!

True Love..

Husband comes home drunk 'n breaks some crockery,
vomits 'n falls down on the floor...
Wife pulls him up 'n cleans everything.

Next day wen he gets up he expects her to be really angry wid him....
He prays that they shud not have a fight..
He finds a note near the table...

"Honey..your favorite breakfast is ready on the table,
i had to leave early to buy grocery...
i'll cum running back to you, my love.
I love you. ..."

He gets surprised 'n asks his son..,
'wat happened last night..?'

Son told...,"

when mom pulled you to bed 'n tried
removing your boots 'n shirt..
you were dead drunk 'n you said......"

" Hey Lady ! Leave Me Alone...
I 'm Married !!!"

That's True Love...!! :)

Enough Grace

God’s Grace, can’t be compared
To anything, you know or see
It’s Awesome, and all compassing
Quite enough, for you and me,

It can not, be exhausted
Cause it continues, to daily flow
From The Throne of Almighty God
Just enough, I tell you so,

It’s everlasting, never-ending
And it’s there for all, so free
Who come to God, through Jesus Christ
His Son and our Saviour, always to be,

So relax, and enjoy God’s Grace
And as The Spirit leads, you live
And remember God, is always there
With just enough Grace, to give.

What is grace ?

His Grace is sufficient for us
Enough to get us through
The daily trials of life
His Grace will surely do,

Unmerited and unearned
The price is simply free
Enough for anyone
Surely enough, for you and me,

Rest in it and be assured
That God has made the choice
To give you all you need to today
Read His Word and hear His voice,

In our weakness we are made strong
All because of God’s Awesome Grace
Enough daily to get along
Until we meet Him face to face!!

All This Stress

With all this stress and problems
In our lives each day and night
We must learn to Trust in God
His comfort is out of sight,

God affords unto us in His Dear Son
The comfort to get through
Lean on Him, let Him have those cares
His Love and Grace will help you true,

Feel His hand upon you
It’s not heavy it is light
Comfort, peace and endless love
Morning, noon and darkest night

No need to go on sleepless
As the stress begins to mount
Just learn to let go, let God
He wants to help you out.

Minggu, 29 Januari 2012

Focus on Jesus, Not your Problem

Focus on the positive, and on the good things
In Your life that GOD has given
Enjoy your lifetime in JESUS
And the Strength and Power, for your living,

And when negative things do happen
And they start to bring you down
Reach out for Jesus Hand
Trust Him, to keep you always, on solid ground,

Concentrate on His Love
And on His Mighty Power too
And not on your problem
Just Trust Him, if it’s all you do,

And as you learn to Focus
And clearly learn to Trust
You problem will loose it’s power over you
But the Trusting is a must,

And God will clearly see you
And help you all way through
And give you total Victory
And restore HIS JOY and PEACE, to you!!

Husbands Love Your Wives

Husbands, Love your wives


It’s God’s commandment, from His Word, I say


And wives, show them that same Love


Deep affectionate, it’s God’s way,




If you want, to have a good life


With God’s Blessings, all way through


You have to Love each other, with a caring heart


It’s the least, that you should do,




And Peace and Joy will follow


Into your marriage and your life


When in obedience to God’s Word


You live together, as loving husband and wife,




Just be kind and understanding


Always showing, that you care


Working to live in Peace and Harmony


So God will Bless, the two of you there.


Husbands are told to love your wives In a very special way


Just as Christ, loves the church


Now that's, special I say,




Wives are told to love there husbands


With a love that's just the same


Cause God considers marriage


A deep commitment, not simply a game,


Christ gave Himself, for His Church


Totally in every way


And that's the kind of dedication


Marriage should be, everyday,


With truth and kindness, faithfulness and honesty


Commitment and dedication


Can you just imagine, what this would do


For marriages, all across the nation,


So take that vow of marriage seriously


With the one, you love today


And be faithful, loving, kind and caring


For each other, every day, in every way,




Don't let this world affect you


Or your mutual love, along the way


Be faithful to each other and let true love abound


And fairness, be put in play.


Husbands love your wives


With a love that's special and oh so true


A love between each other


That God, has given, to you two,




And wives love them the same


With patience and respect and care


So you two can live and be happy


While you're living together there,




Cause you need true love and caring


And respect and kindness too


And lots and lots of patience


To get along, together with you,


Keep the troubles outside


And the problems and the stress


Learn to live together


In joy and peace and happiness,




Seek God's Help and Patience


And Seek His Care and Love, for both of you


To help you to Be Happy


Finding Joy and peace, all the way through.

Husband’s Love

Husbands, Love your wivesAnd treat them, with respect

Let them know, you love and care for them

And never, let them know neglect.


Keep them safe and happy

Always providing, for them well

Let Love, Patience and Tenderness

Be your forte, I do tell,


And overlook, the shortcomings

Of this one, you Love and care for

God has put you, in this place

And we know, that’s what you’re therefore,


So Love and Cherish, this your wife

Whom God has sent, a helpmate, here for you

And make her, your best friend

And your, life partner too.

I’m Always staying With JESUS

All I know with All Assurance
In All My Heart and Mind and Soul, to be
Is that, Though this world may crumble all around me
My Confidence will always still, Rest in HE,

Nothing Can ever change that
Not In this world, nor in the next, for sure
Not in Heaven, nor in Hell
Jesus Holds the Keys, Holds all the Power for the cure,

My Faith aint ever changing
Cause it can’t, I know The Only Truth
And with Him, I’m Hanging in There
Till HE raptures me, off the roof,

Or from the streets or in the valley
Or from the mountaintop, doesn’t matter
I’m Staying With MY JESUS
In His Joy and Peace, I’m Living Gladder,

Until the day, He Comes Back For Me
Until the day, He takes me home
I’m Gonna Stay with JESUS
And He Will teach me, not to roam!

Be True

Love, the one you’ve chosenBe faithful to your husband and your wife

Show Love and Compassion

Patience and Understanding, throughout your life,

Don’t be looking, around for another

Cause I tell you, clear and true

Though the grass, may look greener on the other side

It’s all the same, when it’s close to you,

So treat, this one you Love

As you would, be treated too

And make this union work

Between the two of you,

Cause if you seek another

Problems, will still arise

And then you’ll feel the same way again

Like taking a 2-by-4 between the eyes,

So let the Love, that you once had

On that wedding day, carry you through

And to, your Loving partner

Be Loving, Kind and True.

Only What’s Done For Jesus

It's not what's done for yourself
Your ego or for you just to be
For your life, your fame, your fortune
That will go on, throughout eternity,

It's only what's done for Jesus
Will go on and on, to be
That will go on through, that judgment fire
That will try, all our works, you'll see,

So remember, as you go through your life
In all the works, that you do
God is giving you His Direction, His Strength and Power
And His Grace, to get you through,

So follow and do His Will
Cause all that's done for Him, by us you see
Is what you'll be rewarded for
What will go on, Throughout all Eternity.

Take Time Today

Take the time to say ‘I LOVE YOU’
To those special ones today
Tomorrow may be too late
They too, may go away!!!

Tomorrow belongs to the Lord
Only today, is in your guarantee
You don’t know about tomorrow
What’s in store or where you’ll be,

Just capitalize on the moment
It’s freely your’s today
Don’t put off those special things
Tomorrow, may be an eternity away,

So take the time today
To Say and do what you must
Tomorrow may be too late
In God Only, do we trust.

Man- Woman

Though some may tell you men and women

Are the same, just look around and see

No they're not, they're different

Different as they could be,

God created man to be loving and caring

Though not bent to details, you see

Women, even to be more loving and caring

Yet, lots more sensitive, let her be,

Science has discovered, men think with the right side

Of they're brain and reason with the same

Women think with the left, they have different

Thought patterns, even, a different aim,


So don't ever try to tell me that men

And women are alike, that they're the same

I know that God created man first

Then woman, to rid man's lonely pain,


The woman to be man's partner

Loving companion, helpmate, friend

His design was for man, to love her

And take care of her, until her life shall end,


So don't think this world is smarter

By changing the order of God, I say

It just leads to constant trouble

And confusion , day by day.

In Your Marriage

Be a giver, not a taker

In your marriage, every day

Let your love, for each other

Always guide you, to be that way,


Be always, kind and caring

No matter, come what may

Showing Love, with a giving heart

And patience, all the way,

Don’t get, into a competition

With the one, you Love and Care For

Just show them, that you Love them

And it’s them, you’ll always be therefore,


Life is so short, so live it

Together in Peace and Happiness too

And let the Love and Caring grow

With lots of Understanding, for each of you.

Keep Smiling YOU ARE LOVED

Keep Smiling, God So Loves You
Keep Smiling He Sure does care
Wants you to Be At Peace
Find and Enjoy His Peace, right there,

As you Grow in Grace and Knowledge
Not Perfect, no not yet
We are Still God’s Work in Progress
As we Repent and Learn, you bet,

Some day, we will no more Sin
As This corruptible, Puts on anew
Our Incorruptable, new nature
Given By our Awesome God unto us, its true,

Until then, we will keep on Learning
As in His Grace and Love, each day
We Show Our Love for Him
By Living and Walking in HIS WAY!

Jumat, 27 Januari 2012

Kasih ....

Ciri Orang yang Mengasihi Kita emang panjang ceritanya ,,, buat yg hobi baca aja :-) 


Orang yang mengasihi kamu tidak pernah mampu memberikan alasan kenapa dia mengasihi kamu. Yang dia tahu di hati dan matanya hanya ada kamu satu-satunya, dan dia akan selalu bahagia jika melihat kamu bahagia. Baginya yang penting kamu bahagia dan kamu tetap menjadi impiannya.

Orang yang mengasihi kamu selalu menerima kamu apa adanya, di hati dan matanya kamu selalu yang tercantik walaupun kamu merasa berat badan kamu sudah bertambah.

Orang yang mengasihi kamu selalu ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, dia ingin tau kegiatan kamu.

Orang yang mengasihi kamu akan mengirimkan SMS/YM/BBM seperti 'selamat pagi', 'have fun', 'selamat tidur', 'take care', dan lain-lain, walaupun kamu tidak membalas SMS-nya, karena dengan kiriman SMS itu lah dia menyatakan kasihnya, menyatakan dengan cara yang berbeda, bukan "aku CINTA padamu".

Jika kamu merayakan tahun baru dan kamu tidak mengundangnya ke pesta yang kamu adakan, setidak-tidaknya dia akan menelefon untuk mengucapkan selamat atau mengirim SMS/YM/BBM.

Orang yang mengasihi kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang dia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah melupakannya, karena saat-saat itu adalah saat yang berharga untuknya. dan saat itu matanya pasti berkaca, karena saat bersamamu tidak selalu terulang.

Orang yang mengasihi kamu selalu mengingat setiap kata-kata yang kamu ucapkan, bahkan mungkin kata-kata yang kamu sendiri lupa pernah mengungkapkannya. karena dia menyematkan kata-kata mu di hatinya, berapa banyak kata-kata penuh harapan yang kau tuturkan padanya, dan akhirnya kau musnahkan? pasti kau lupa, tetapi bukan orang yang mengasihi kamu.

Orang yang mengasihi kamu akan belajar menggemari lagu-lagu kegemaran kamu, karena dia ingin tahu apa kegemaran kamu. Kesukaan kamu kesukaannya juga, walaupun susah menggemari kesukaan kamu, tapi akhirnya dia bisa.

Kalau kamu sedang sakit, dia akan sentiasa mengirim SMS, menelefon, YM/BBM dll untuk bertanya keadaan kamu - karena dia khawatir tentang kamu, peduli tentang kamu.
Jika kamu mengatakan akan menghadapi ujian, dia akan menanyakan kapan ujian itu berlangsung, dan saat harinya tiba dia akan mengirimkan SMS/YM/BBM 'good luck' untuk memberi semangat kepada kamu.

Orang yang mengasihi kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu sesuatu yang biasa, tetapi baginya barang itu sangat istimewa.

Orang yang mengasihi kamu akan terdiam sesaat, ketika sedang bercakap di telefon dengan kamu, sehingga kamu menjadi bingung. Sebenarnya saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah menggetarkan dunianya.

Orang yang mengasihi kamu selalu ingin berada di dekat kamu dan ingin menghabiskan hari-harinya hanya dengan kamu.

Orang yang mengasihi kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.

Orang yang mengasihi kamu sering melakukan hal-hal yang bikin BETE, seperti menelefon/SMS/YM/BBM kamu 100 kali sehari. Atau mengejutkan kamu di tengah malam dengan mengirim SMS. Sebenarnya ketika itu dia sedang memikirkan kamu.

Orang yang mengasihi kamu kadang-kadang merindukan kamu dan melakukan hal-hal yang membuat kamu pening. Namun ketika kamu mengatakan tindakannya itu membuat kamu terganggu dia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.

Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dgn sabar. Bahkan dia begitu gembira karena dapat membantu kamu. dia tidak pernah mengelak dari memenuhi permintaan kamu walau sesulit apapun permintaan itu.

Kalau kamu melihat handphone-nya maka nama kamu akan menghiasi sebagian besar INBOX-nya. dia masih menyimpan SMS-SMS dari kamu walaupun ia kamu kirim berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu.

Dan jika kamu coba menjauhkan diri darinya atau memberi reaksi menolaknya, dia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupan kamu, walaupun hal itu membunuh hatinya.

Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan dia akan ada menunggu kamu karena sebenarnya dia tak pernah mencari orang lain. dia sentiasa menunggu kamu.

Orang yang begitu mengasihimu, tidak pernah memaksa kamu memberinya sebab dan alasan, walaupun hatinya meronta ingin mengetahui, karena dia tidak mau kamu terbebani karenanya. saat kau pinta dia pergi, dia pergi tanpa menyalahkan kamu, karena dia benar-benar mengerti apa itu kasih.


Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan (1 Kor 13)


Karena Allah adalah Kasih.... dan kasih itu adalah Allah sendiri :-) 

Bagaimana Rasanya Menikah denganku ???

Janji pernikahan merupakan prototipe jaminan Allah untuk tidak pernah meninggalkan kita,
Pernikahan dengan niat jangka panjang, datang dengan keyakinan bahwa tak ada sesuatupun yang akan memisahkan kita;

Bahwa kita akan berjuang melalui rintangan apapun yang menghalangi jalan kita; 
Bahwa jika bahtera itu tergenang kita akan  membuang air itu bersama-sama;
Bahwa kita akan menguji kembali sasaran-sasaran pribadi kita jika menyimpang dari jalannya;
Bahwa kita akan berbagi kepemimpinan dalam tugas untuk mempertahankan dan memperbarui pernikahan kita;
Bahwa kita akan memperbaiki pernikahan kita, jika versi yang sekarang ini menjadi usang;
Bahwa jika kita bertengkar terlalu banyak atau terlalu sedikit, kita akan belajar untuk bertengkar dengan lebih baik;
Bahwa jika seks tidak lagi menyenangkan, kita akan mencari jalan untuk membuatnya menyenangkan kembali;
Bahwa kita akan menerima kelemahan satu sama lain yang tak dapat diubah;
dan bahwa kita akan merawat satu sama lain pada masa tua kita.

Komitmen ini tidak hanya dibuat sekali saja, tetapi berulang-ulang kali sepanjang hidup kita.
Kita berpaut pada komitmen ini selama kekelaman jiwa yang nyaris menghampiri setiap pernikahan;
Saat-saat ketika cinta sulit dirasakan, tetapi janji itu tetap menyatukan kita.   

Yang akan slalu ku tanyakan setiap hari : Bagaimana rasanya menikah denganku ???? 
 

Kamis, 26 Januari 2012

ISTERI yang LAMBAT

Dalam sebuah keluarga hiduplah sepasang Suami-Istri, Pak Pendeta dan Ibu pendeta dan anak-anak tercinta disuatu desa terpencil. Sekian lamanya mereka kelihatan hidup tentram dan bahagia sehingga tak terasa sudah sekian tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga, sifat dan karakter si suami sudah tak asing lagi buat si istri.

Begitu pula halnya sang suami, sifat dan karakter istrinya sudah melekat erat dalam dirinya. Si suami merasa bersyukur sekali memiliki istri seorang pendeta dan si istri juga sangat bersyukur sekali punya suami seorang pendeta pula.

Suatu hari mereka diundang dari gereja Resort untuk mengikuti dan bertanding KOOR di Konser terbesar gereja-gereja di Bandung , yang dikuti oleh para pendete-pendeta seluruh gereja. dan disediakan jemputan bagi daerah-daerah yang jauh (terpencil) dengan Bus besar, dengan syarat, untuk daerah B harus menunggu jam sekian, disimpang B, dengan catatan siapa yang terlambat akan ditinggal, karena Bus akan melaju dengan cepat dan kebetulan untuk daerah pak Pendeta harus menunggu tepat jam 4 sore disimpang A karena acara akan dimulai jam 7 malam.

Demikianlah mereka saling mempersiapkan diri dari pagi, mulai dari baju, sepatu, tas, dasi, dan perlengkapan lainnya, sempat terbersit dalam pikiran si suami bahwa istrinya seorang yang lelet (lambat) apalagi soal berdandan bisa sampe berjam-jam lamanya. Dan suaminya berkata kepada istrinya, “Ma, ingat kita harus berangkat jam setengah 4, karena busnya akan datang jam 4, mama harus persiapkan semuanya, kalau perlu kesalon, mbok ya sekarang aja, biar ndak telat,” tapi sang istri dengan manis dan bangganya berkata, “Ndak perlu kesalon, wong dari dulu mama dandanan sendiri , kok papa ndak tau sih???”

Sambil senyum-senyum sang suami menjawab, “Bukan begitu mam, maksudnya supaya kamu keliatan lebih cantik dikit, beda dari yang sebelum-sebelumnya, inikan acara besar, apalagi nanti kita para pendeta duduknya paling depan jadi ndak malu-maluin, gitu lho”

“Mana tau pula kita menang!“,jawab siistri dengan ketus, “Jadi maksud kamu, selama ini gue ndak cantik!, jadi selama ini kamu bohong, dolo sebelum nikah bilangnya aku tercantik, seksi, jadi kamu nyesel kawin sama aku!”

Sisuami kembali menjawab, “Udah deh ma, aku ndak mau berantem, inget ma kita khan pendeta udah lahir baru lagi….chik…chik…chik..”

Singkat cerita tibalah waktunya mereka harus berangkat, jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore, pak Pendeta sudah bersiap-siap dan kelihatan gagah dengan jasnya, tapi alangkah terkejutnya dia ketika masuk kamar, istrinya baru berpakaian, belum lagi dandan, nyisir rambut dan sebagainya,

Suaminya berkata: dengan sedikit marah, dia berkata, “Mama cepetan kita hampir terlambat!”

Istrinya menjawab: “Sebentar pa, 5 menit lagi pasti kelar, gw khan perlu sanggulan lagi.”

Suaminya berkata lagi: “apa? sanggulan lagi? ndak perlu pake sanggul-sanggulan lah…”

Istrinya menjawab: “Tapi biar keliatan cantik dan beda dong??? Lagian telat-telat dikit ndak apalah paling juga busnya jam karetan, jam Indonesia khan molor-molor setengah jam….”

Dengan kesal suaminya menjawab, sambil keluar kamar dan berteriak, “Memang kamu dari dulu lelet, lambat, ndak pernah berubah, dari dulu ampe sekarang!”

Siistri menjawab dengan berteriak pula, “Baguslah, Tuhan Yesus aja ndak pernah berubah, dari dulu sekarang dan selamanya tau!”

Demikianlah mereka keluar rumah jam setengah lima sore, diperjalanan sisuami terus mengomel dengan istrinya..

“kita pasti dah terlambat, dasar lelet…..lelet…lambat…lambat..akhirnya mereka sampai disimpang…5 menit….10menit mereka menunggu, tetapi Bus tetap ndak nonggol-nongol”

Sisuami sambil kesal dan marah berkata…”Pasti busnya sudah berangkat, ini semua gara-gara kamu…..makanya jadi orang jangan lambat tau!”

Dengan tak ragu lagi pak Pendeta pergi ke Wartel terdekat untuk menelpon kekantor pusat pelayanan bus yang tertera di denah undangan konser itu.

Ternyata Bus yang akan menjemput mereka sudah berangkat setengah jam yang lalu, dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju kota Bandung .

Putuslah harapan pak Pendeta, begitu marahnya dia sehingga dia hanya diam saja seolah enggan untuk berbicara kepada istrinya, Istrinya mencoba menghibur suaminya dan berkata, “Pa, sabar aja, kita tetep doa mudah-mudah ada mobil atau bus yang menuju keBandung, kita pasti belum terlambat”

Sambil tetap menunggu, siistri tetap berdoa, “Tuhan gimana ini, kami mau memujimu berikanlah transportasi yang terbaik, kami tetap menunggu disimpang ini Tuhan, ampuni segala dosa kami….”

Belum sempat siistri mengucapkan Amin, tiba-tiba suaminya berteriak, “Ma, cepetan ma itu ada Bus yang hendak keBandung, katanya mereka mau ikutan tanding koor juga dikonser itu.”

Secepat kilat siistri berkata dalam hati “…..terima kasih Tuhan….Amin…..”

Lalu mereka naik ke Bus itu dan sambil berbincang-bincang, rupanya rombongan yang ada di Bus ini juga ikut bertanding dalam koor nanti dari rombongan gereja lain di dekat desa mereka. Mereka mengaku bahwa mereka juga terlambat karna harus menunggu antrian lama dipom bensin. Tiba-tiba mereka dikejutkan dalam satu berita dipembicaraan telpon supir bus didepan, lalu supir itu berkata kepada para penumpang, Bus No. 412 yang berangkat ke Bandung jam 4 tadi mengalami kecelakaan jatuh kejurang yang curam, belum diketahui berapa yang tewas dan berapa yang selamat, tapi menurut beritanya, bus dalam keadaan menganaskan.

Pak Pendeta dengan tercenggang dan berkata kepada istrinya….. “Ma, itu kan bus yang akan kita tumpangi tadi…..kok bisa ya????”

Siistri dengan sedikit kurang percaya melihat kembali undangan itu, ternyata memang benar No. 412. dan berkata kepada suaminya: ” Untung pa, kita telat, kalo ndak udah tewas”.

“Tidak pikir panjang lagi, pak pendeta langsung merangkul istrinya dengan lembut, seakan dia tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya seumur hidup. Dalam hatinya ia berdoa, Tuhan terima kasih, Engkau masih mengizinkan kami untuk bersama dalam hidup ini, masih sempat lagi untuk memujiMu, terima kasih telah memberikan istri yang terbaik bagiku, terima kasih telah memberikan istri yang lelet kepadaku, aku bersyukur segala sesuatunya telah Engkau atur, segala sesuatu yang terjadi untuk mendatangkan kebaikan, terima kasih telah membuka mataku, aku akan menjaga hatiku kemanapun aku pergi, aku tak akan menodainya, aku tak akan menyakitinya, aku tak akan meminta lebih…lebih …lebih Tuhan…. terima kasih telah memberikan istri yang sepadan bagiku……Amin”

Pesan Pak Pendeta :

1.Kepada mereka yang belum memiliki pasangan hidup dan yang sedang mencari pasangan hidup: 1. Cari dan mintalah kepada Tuhan pasangan yang SEPADAN, bukan untuk menjadi sama sepertimu, tapi untuk saling melengkapi Walaupun kita sudah memilih yang banyak persamaan maka setelah menikah dengan segera, banyak orang menyadari bahwa mereka menemukan banyak perbedaan seperti cerita diatas.

2. Terima apa adanya pasanganmu, sikapnya, sifatnya, termperamennya, karakternya.Dengan mulai menerimanya bahkan sering terjadi perubahan kearah perbaikan.

3. Kita tidak bisa merubah pasangan dengan mencela, menuntut, mengomelinya, mengungkit-gungkit kekurangannya, Penerimaan itu perlu, bahkan salah satu kebutuhan dasar seorang manusia. Penerimaan membuat orang merasa bahagia, dan dari sikap hati bahagia justru muncul perbuatan-perbuatan yang simpatik.

4. Alkitab mengajarkan bahwa, menikah untuk menjadi satu dan bukan untuk menjadi sama, Menikah untuk saling melengkapi sehingga gambar Allah menjadi lengkap dalam dua pribadi yang disatukan.

5. Jangan jadikan kecantikan dan kegantengan seseorang jadi the “FIRST ONE”

tapi yang terpenting dari semua itu adalah seseorang yang engkau kasihi benar-benar mengasihi Tuhan Yesus, sehingga apapun masalah pada pasanganmu, dia tetap mencintai dan mengasihimu apa adanya.

Siapapun orangnya, dia tetap berharga di Mata Tuhan.

Terlindung Batu Karang

Terlindung Batu Karang

Selasa, 24 Januari 2012

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai ibu Kristen?

Jawaban:

Menjadi ibu adalah peranan yang sangat penting yang Tuhan berikan kepada banyak perempuan. Dalam Titus 2:4-5 yang berbunyi, “Dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang” para ibu diminta untuk mencintai anak-anak mereka. Dalam Yesaya 49:15a Alkitab mengatakan, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?” Kapankah fungsi keibuan dimulai?

Anak adalah hadiah dari Tuhan (Mazmur 127:3-5). Dalam Titus 2:4 muncul kata Bahasa Yunani “phileoteknos.” Kata ini mewakili jenis khusus dari “kasih-ibu.” Ide yang mengalir keluar dari kata ini adalah “lebih menyukai” anak-anak kita, “memperhatikan” mereka, “membesarkan” mereka, “memeluk mereka dengan kasih sayang,” “mencukupi kebutuhan mereka,” “berteman dengan lemah lembut.” Setiap anak adalah pribadi yang unik yang berasal dari tangan Tuhan. Kita diperintahkan dalam Alkitab untuk melihat “kasih-ibu” sebagai tanggung jawab kita. Baik para ibu maupun para ayah diperintahkan oleh Firman Tuhan untuk melakukan beberapa hal:

Tersedia – pagi, siang dan malam (Ulangan 6:6-7)

Keterlibatan – berinteraksi, berdiskusi, memikirkan dan memproses kehidupan bersama-sama (Efesus 6:4).

Mengajar – Alkitab, pandangan dunia yang Alkitabiah (Mazmur 78:5-6, Ulangan 4:10, Efesus 6:4).

Mendidik – menolong anak mengembangkan keterampilan dan menemukan kekuatannya (Amsal 22:6).

Mendisiplin – mengajarkan takut akan Tuhan, menentukan batas secara konsisten, penuh kasih dan ketegasan (Efesus 6:4; Ibrani 12:5-11, Amsal 13:24, 19:18, 22:15, 23:13-14, 29:15-17).

Membesarkan – menyediakan lingkungan di mana terdapat dukungan secara lisan yang konstan, boleh gagal, penerimaan, kemesraan, kasih yang tanpa syarat (Titus 2:4, 2 Timotius 1:7, Efesus 4:29-32, 5:1-2, Galatia 5:22, 1 Petrus 3:8-9).

Memberi teladan dengan integritas – hidup sesuai dengan apa yang diajarkan, menjadi teladan yang dapat dipelajari oleh anak dengan “menangkap” esensi dari kehidupan yang saleh (Ulangan 4:9, 15, 23; Amsal 10:9, 11:3, Mazmur 37:18, 37).

Alkitab tidak pernah memerintahkan setiap perempuan untuk menjadi ibu. Namun demikian Alkitab mengatakan bahwa mereka yang diberkati Tuhan untuk menjadi ibu harus menerima tanggung jawab itu dengan serius. Para ibu memiliki peranan yang unik dan krusial dalam hidup anak-anak mereka. Menjadi ibu bukanlah tugas atau pekerjaan yang tidak menyenangkan. Sebagaimana ibu mengandung dan memberi makan serta memperhati anak pada masa bayi – para ibu memiliki peranan yang berkelanjutan dalam hidup anak-anak mereka, para remaja, dewasa muda dan bahkan anak yang sudah dewasa. Sekalipun peranan keibuan harus berubah dan berkembang, kasih, perhatian, perawatan, dan dorongan yang diberikan seorang ibu tidak pernah akan berakhir.

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai ayah Kristen?


Jawaban:

Perintah terbesar dalam Alkitab adalah “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5). Sebelumnya dalam ayat 2 kita membaca, “supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu” (Ulangan 6:2). Ayat-ayat sesudahnya mengatakan, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:6-7).

Sejarah bangsa Ibrani memperlihatkan bahwa ayah harus rajin mengajar anak-anaknya menuruti jalan dan firman Tuhan demi untuk pertumbuhan rohani dan kesejahteraan mereka. Ayah yang taat kepada perintah-perintah dalam Firman Tuhan akan melakukan hal ini. Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasehat Tuhan” yang adalah merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga. Hal ini membawa kita kepada ayat dalam kitab Amsal 22:6-11, khususnya ayat 6 yang berbunyi “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik mengindikasikan pendidikan mula-mula yang diberikan ayah dan ibu pada seorang anak, yaitu pendidikan awal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Memulai pendidikan anak dengan cara sedemikian adalah hal yang amat penting, sama seperti pohon bertumbuh mengikuti arah batangnya waktu baru ditanam.

Ayat dari Perjanjian Baru memberi kita gambaran yang jelas akan perintah Tuhan kepada ayah dalam hubungannya dengan membesarkan anak-anaknya. Efesus 6:4 adalah ringkasan dari kata-kata nasehat kepada para orangtua, yang di sini diwakili oleh ayah, dan dinyatakan secara negatif dan positif. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Di sini ditemukan apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai tanggung jawab ayah dalam membesarkan anak-anak mereka. Aspek negatif dari ayat ini mengindikasikan bahwa seorang ayah tidak boleh mendorong perkembangan emosi-emosi tidak baik dari anak-anak mereka melalui pernyataan kekuasaan secara berlebihan, tidak adil, memihak atau tanpa alasan. Sikap yang tidak sehat terhadap anak akan mengakibatkan kepahitan hati. Aspek positif dinyatakan dalam arah yang menyeluruh, yaitu mendidik mereka, membesarkan mereka, mengembangkan tingkah laku mereka melalui pengajaran dan nasehat dari Tuhan. Ini adalah pendidikan (ayah selaku suri teladan) anak – proses pendidikan dan disiplin yang menyeluruh. Kata “nasehat” mempunyai pengertian “menempatkan dalam pikiran anak” yaitu tindakan mengingatkan anak akan kesalahan-kesalahan (secara konstruktif) atau kewajiban-kewajiban (tanggung jawab sesuai dengan tingkat umur dan pengertian)

Anak tidak boleh dibiarkan bertumbuh dewasa tanpa peduli atau kontrol. Mereka perlu diajar, didisiplin dan dinasehati sehingga mereka mendapat pengertian, penguasaan diri dan ketaatan. Seluruh proses pendidikan ini adalah dalam hal rohani dan Kristiani (dalam pengertian sebenarnya dari kata itu). Inilah “ajaran dan nasehat Tuhan” yang ditetapkan dan merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mencapai tujuan akhir dari pendidikan. Menggantikan cara ini dengan cara apapun sangat mungkin akan mengakibatkan kegagalan fatal. Elemen moral dan rohani dari natur kita adalah sama pentingnya dan sama umumnya dengan elemen intelektual. Karena itu kerohanian sama pentingnya dengan pengetahuan dalam perkembangan pikiran. Kembali Amsal memberitahu kita, “Takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan dan hikmat.”

Ayah Kristen adalah merupakan alat dalam tangan Tuhan dalam sisi keayahan ini. Karena keKristenan adalah satu-satunya agama yang benar, dan Allah di dalam Kristus adalah satu-satunya Allah yang sejati, satu-satunya cara pendidikan yang mendatangkan hasil adalah ajaran dan nasehat Tuhan. Seluruh proses pengajaran dan disiplin harus berdasarkan apa yang diperintahkan Tuhan, dan yang dilakukan Tuhan, sehingga otoritasNya dapat senantiasa dan langsung bersentuhan dengan pikiran, hati, hati nurani sang anak. Ayah manusiawi tidak boleh menempatkan dirinya sebagai otoritas tertinggi dalam hal kebenaran dan kewajiban. Hal ini hanya akan mengembangkan aspek “diri sendiri.” Hanya dengan menjadikan Allah, Allah di dalam Kristus, sebagai Guru dan Penguasa, yang karena otoritasNya segala sesuatu dapat dipercaya dan karena ketaatan kepada kehendakNya segala sesuatu akan terjadi, maka sasaran dari pendidikan dapat tercapai.

Ajaran-ajaran Alkitab kepada para ayah selalu merupakan standar yang ideal dari Tuhan. Kita memiliki kecenderungan untuk menurunkan standar itu pada tingkat dan pengalaman kita. Namun yang Anda tanyakan adalah apa kata Alkitab mengenai menjadi ayah. Saya berusaha untuk menjawabnya. Saya mendapatkan, melalui pengalaman menjadi ayah dari tiga anak laki-laki, betapa banyaknya kegagalan saya dalam mencapai standar Alkitab. Namun hal ini tidak membuat apa yang dikatakan Alkitab lalu menjadi salah dan tidak berlaku.

Izinkan saya meringkaskan apa yang telah dikatakan. Kata “membangkitkan” berarti membuat jadi jengkel, membuat tidak berdaya, memanas-manasi, dll. Hal ini dilakukan dengan cara yang salah, yaitu kuasa yang berlebihan, tidak masuk akal, kasar, tuntutan yang kejam, larangan yang tidak perlu. Provokasi semacam ini akan mengakibatkan reaksi yang tidak baik, menumpulkan perasaan, menghilangkan kemauannya untuk hal-hal yang suci, dan membuat dia merasa tidak mungkin bisa memuaskan orangtuanya (saya tahu, saya sudah pernah merasakan dan mengalami itu). Orangtua yang bijaksana (kalau saja saya bisa lebih bijaksana) berusaha membuat ketaatan sebagai sesuatu yang didambakan dan diperoleh dengan cinta kasih dan kelemahlembutan. Orangtua tidak boleh menjadi penindas yang tidak berTuhan.

Martin Luther mengatakan, “Selain tongkat, siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik.” Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati dan didikan yang terus menerus dengan banyak doa. Teguran, disiplin dan nasehat berdasarkan Firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari “nasehat.” Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam sekolah pengalamanan Kristiani, dan dilaksanakan oleh orangtua (ayah). Disiplin Kristen dibutuhkan untuk mencegah anak bertumbuh besar tanpa menghormati Tuhan, otoritas orangtua, pengetahuan akan standar keKristenan dan penguasaan diri.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17). Inilah yang dikatakan Alkitab tentang menjadi ayah. Cara dan metode yang dipergunakan ayah untuk mengajarkan kebenaran Allah tentunya akan berbeda. Namun kebenaran-kebenaran itu harus selalu dapat diterapkan dalam pekerjaan apapun, dan dalam cara hidup bagaimanapun. Saat ayah setia menjadi contoh dan teladan, apa yang dipelajari anak mengenai Allah akan memampukan dia berdiri dengan teguh sepanjang umur hidup mereka, apapun yang mereka lakukan atau kemanapun mereka pergi. Mereka akan belajar “mengasihi Tuhan Allah mereka dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan mereka” dan mau melayani Dia dalam segala hal yang mereka lakukan.

Pertanyaan: Apa yang dikatakan Alkitab mengenai menjadi orangtua yang baik?

Jawaban:

Menjadi orangtua bisa menjadi peristiwa yang sulit dan menakutkan, tetapi adalah salah satu hal yang paling berpahala dan berbobot memuaskan yang dapat kita lakukan. Tuhan banyak berbicara mengenai cara kita mendidik anak untuk menjadi pribadi yang saleh. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengajar mereka kebenaran Firman Tuhan.

Sejalan dengan mengasihi Tuhan dan menjadi contoh yang saleh dengan mengkomitmenkan diri kita sendiri pada perintah-Nya, kita perlu untuk “Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau sedang duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu dan pada pintu gerbangmu” (Ulangan 6:7-9). Dengan secara kiasan simbolik mengikuti perintah-perintah yang Tuhan berikan kepada orang Ibrani, kita mengajarkan anak-anak kita bahwa menyembah Tuhan harus konstan, bukan hanya hari minggu pagi atau doa malam.

Walaupun anak-anak kita belajar banyak hal melalui pengajaran langsung, mereka belajar jauh lebih banyak dari melihat kita. Inilah mengapa sebabnya mengapa kita harus berhati-hati dalam segala hal yang kita lakukan. Kita pertama-tama harus mengakui peranan yang diberikan Tuhan kita. Suami-suami dan istri-istri haruslah saling menghormati dan saling menundukkan diri (Efesus 5:21). Pada waktu yang sama, Tuhan telah menetapkan suatu garis otoritas untuk menjaga agar semuanya tetap teratur.

1 Korintus 11:3 berkata, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” Kita tahu bahwa Kristus tidak di bawah Allah, sama seperti wanita tidak di bawah suaminya. Tuhan mengerti bahwa tanpa penundukan diri pada otoritas, tidak ada keteraturan. Tanggung jawab suami sebagai kepala dari rumah tangga ialah mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri, dalam cara pengorbanan yang sama Kristus mengasihi Gereja (Efesus 5:25-29).

Dalam respon pada kepemimpinan kasih, adalah tidak sulit bagi istri untuk menundukkan diri pada otoritas suaminya (Efesus 5:24, Kolose 3:18). Tanggung jawab utama istri adalah mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup dengan bijaksana dan kudus, dan mengurus rumah (Titus 2:4-5). Wanita secara alami lebih bersifat memelihara daripada pria karena mereka memang didesain untuk menjadi pengasuh utama dari bayi anak-anak mereka.

Disiplin dan instruksi adalah bagian integral dari menjadi oang tua orangtua. Amsal 13:24 berkata, “Siapa yang menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Anak-anak yang tumbuh tanpa disiplin dalam rumah merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Mereka kurang arah dan kontrol diri, dan seiring dengan bertumbuhnya mereka akan memberontak dan memiliki sedikit dan atau sama sekali tidak memiliki hormat pada otoritas, termasuk otoritas Tuhan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya” (Amsal 19:18).

Pada waktu yang sama, disiplin harus diseimbangkan dengan kasih, atau anak dapat tumbuh dalam kebencian, penakut, dan pemberontak (Kolose 3:21). Tuhan mengetahui bahwa disiplin itu menyakitkan ketika terjadi (Ibrani 12:11), tapi jika diikuti dengan instruksi yang mengasihi, itu menjadi luar biasa berharga untuk anak. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).

Adalah penting untuk melibatkan anak-anak dalam pelayanan dan keluarga Gereja ketika mereka masih muda. Datang ke Gereja yang percaya Alkitab (Ibrani 10:25), biarkan mereka untuk melihat Anda belajar Firman Tuhan, dan juga belajar Firman bersama dengan mereka. Diskusikan dengan mereka dunia di sekitar sewaktu Diskusikan dunia sekitar mereka sebagaimana mereka melihatnya, dan ajarkan mereka mengenai kemuliaan Tuhan melalui kehidupan sehari-hari mereka. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6).

Pertanyaan: Apa seharusnya urutan prioritas dalam keluarga kita?

Jawaban:

Alkitab tidak memberi denah langkah demi langkah untuk urutan prioritas dalam hubungan keluarga. Namun demikian, kita tetap dapat mengacu pada Kitab Suci dan menemukan prinsip umum untuk mengatur prioritas dalam hubungan keluarga kita. Jelas Allah adalah yang pertama: Ulangan 6:5, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul 6:5). Seluruh hati, jiwa dan kekuatan harus diberikan untuk mengasihi Allah, menjadikan Dia sebagai prioritas utama.

Kalau Anda menikah, pasangan Anda adalah berikutnya. Suami harus mencintai isterinya sebagaimana Kristus mencintai gereja-Nya (Efesus 5:25). Prioritas utama Kristus – setelah menaati dan memuliakan Bapa-Nya – adalah gereja. Berikut ini adalah contoh yang harus diikuti oleh seorang suami: Allah dulu, kemudian isteri. Demikian pula, isteri harus tunduk kepada suami “seperti kepada Tuhan" (Efesys 5:22). Prinsipnya adalah suami hanya lebih belakang dari Allah dalam prioritasnya.

Kalau suami dan isteri hanya lebih belakang dari Allah dalam prioritas kita, dan karena suami dan isteri adalah satu daging (Efesus 5:31) maka masuk akal bahwa hasil dari hubungan pernikahan - anak-anak - adalah prioritas berikutnya. Orangtua harus membesarkan anak-anak yang takut kepada Allah yang menjadi generasi penerus dari mereka yang mengasihi Allah dengan segenap hatinya (Amsal 22:6; Efesus 6:4), kembali memperlihatkan bahwa Allah adalah yang paling utama. Semua hubungan keluarga harus mencerminkan hal itu.

Ulangan 5:16 memberitahu kita untuk menghormati orangtua kita supaya kita berusia lanjut dan supaya segala sesuatunya berjalan dengan baik untuk kita. Tidak ada batasan umur yang disebutkan, yang membuat kita percaya bahwa seumur hidup mereka, orangtua harus dihormati. Tentu saja, begitu anak mencapai kedewasaan, dia tidak lagi wajib menaati mereka (“Anak-anak, taatilah orangtuamu ..."), namun tidak ada batasan umur untuk menghormati mereka. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa orangtua adalah yang berikut dalam daftar prioritas, sesudah Allah, pasangan kita, dan anak-anak kita. Setelah orangtua, berikutnya adalah sisa keluarga kita (1 Timotius 5:8).

Setelah keluarga besar dalam daftar prioritas adalah sesama orang percaya. Roma 14 memberitahu kita untuk tidak menghakimi atau memandang rendah saudara-saudara (v.10) atau melakukan sesuatu yang mengakibatkan sesama orang Kristen “tersandung” atau jatuh secara rohani. Banyak dari kitab 1 Korintus adalah nasihat Paulus mengenai bagaimana gereja harus hidup bersama secara harmonis, saling mengasihi satu dengan yang lain. Nasihat lainnya merujuk pada saudara saudari seiman di dalam Kristus adalah “melayani seorang dengan yang lain dalam kasih” (Galatia 5:13); “ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32), “nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu” (1Tes 5:11); dan “marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr 10:24). Akhirnya seluruh dunia (Matius 28:19) yang kita harus beritakan Injil, menjadikan murid-murid Kristus.

Sebagai penutup, urutan prioritas Alkitab adalah Allah, pasangan, anak-anak, orangtua, keluarga besar, saudara dan saudari di dalam Kristus, dan kemudian seluruh dunia. Sekalipun kadang-kadang kita harus lebih berfokus pada seseorang dibandingkan orang lainnya, tujuannya adalah jangan sampai mengabaikan hubungan kita. Keseimbangan Alkitab memungkinkan Allah memberdayakan kita untuk menggenapi semua prioritas hubungan kita, di dalam dan di luar keluarga kita.

Senin, 23 Januari 2012

Pertanyaan: Apa peranan suami dan istri dalam keluarga?

Jawaban:

Meskipun laki-laki dan perempuan setara dalam hubungan dengan Kristus, Alkitab memberi peran yang khusus kepada masing-masing dalam pernikahan. Suami harus mengepalai keluarga (1 Korintus 11:3; Efesus 5:23). Kepemimpinan ini tidak boleh bersifat diktator, merendahkan atau menghina istri, namun harus sesuai dengan teladan Kristus dalam memimpin gereja.

“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman” (Ef 5:25-26). Kristus mengasihi gereja (umat-Nya) dengan belas kasihan, kemurahan, pengampunan, hormat dan tidak mementingkan diri.

Demikian pula suami harus mencintai istri.

Istri harus tunduk pada otoritas suami mereka.

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Ef 5:22-24). Meskipun perempuan harus tunduk kepada suami mereka, Alkitab juga berkali-kali memberitahu laki-laki bagaimana seharusnya memperlakukan istri mereka. Suami tidak boleh berlaku sebagai diktator, namun harus menghormati istri dan pendapatnya. Kenyataannya, Efesus 5:28-29 menasihati laki-laki untuk mencintai istri mereka sama seperti mereka mencintai tubuh sendiri, memberi makan dan merawatnya. Cinta seorang laki-laki terhadap istri harus sama seperti kasih Kristus terhadap tubuh-Nya, gereja.

“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Kol 3:18-19). “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1Pet 3:7). Dari ayat-ayat ini kita melihat bahwa kasih dan rasa hormat mewarnai peranan suami dan istri. Kalau itu ada, maka otoritas, kepala, kasih dan ketaatan tidak akan menjadi masalah untuk pasangan manapun.

Dalam kaitan dengan pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga, Alkitab memerintahkan suami untuk menyediakan nafkah bagi keluarganya. Ini berarti dia bekerja dan mencari nafkah yang cukup untuk mencukupi semua kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya. Tidak melakukan ini memiliki konsekuensi rohani yang pasti.

“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (1 Tim 5:8).

Tidak berarti istri tidak bisa membantu menghidupi keluarga – Amsal 31 menunjukkan bahwa istri yang rohani jelas melakukan itu – namun mencukupi kebutuhan keluarga bukanlah tanggung jawabnya yang utama; itu adalah tanggung jawab suaminya. Sekalipun suami sepatutnya membantu mengurusi anak-anak dan pekerjaan rumah tangga (sehingga memenuhi kewajibannya untuk mencintai istrinya), Amsal 31 juga menyatakan dengan jelas bahwa rumah tangga adalah wilayah pengaruh dan tanggung jawab utama dari perempuan. Sekalipun dia harus tidur pada larut malam dan bangun pagi-pagi, keluarganya tidak kekurangan. Ini bukanlah gaya hidup yang mudah bagi banyak perempuan – khususnya di negara Barat yang maju. Namun demikian, terlalu banyak perempuan yang begitu stress dan hanmpir tidak tertahankan. Untuk mencegah stress semacam itu, baik suami maupun istri harus dengan berdoa mengatur kembali prioritas mereka dan mengikuti petunjuk-petunjuk Alkitab untuk peranan mereka.

Konflik mengenai pembagian tugas dalam pernikahan pasti akan terjadi, namun jika kedua pihak tunduk kepada Kristus, konflik ini akan minim. Kalau suatu pasangan sering ribut dan panas dalam soal ini, atau kalau perselisihan kelihatan mewarnai pernikahan, masalahnya bersifat rohani. Dalam keadaan begini, pasangan harus terlebih dahulu berdoa dan menundukkan diri kepada Kristus terlebih dahulu, baru kemudian kepada satu dengan lainnya dalam sikap kasih dan hormat.

Guru Sekolah Minggu


Ayat bacaan: Matius 18:6
================
"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut."

guru sekolah minggu"Kalaupun harus melayani, saya lebih memilih jadi guru Sekolah Minggu saja.. cuma anak-anak yang dihadapi, kan gampang.." kata teman saya pada suatu ketik dengan ringan. Benarkah mengurus anak-anak itu lebih ringan dibanding orang dewasa? Tidak juga, malah bisa lebih berat. Guru Sekolah Minggu dituntut bisa ekstra sabar dan mengerti dunia anak-anak. Mereka harus mampu menangkap perhatian anak dan membawakan pelajaran dengan cara bisa dimengerti anak-anak, tidak jarang mereka harus memberi contoh-contoh sederhana dengan cara-cara yang menyenangkan seperti bermain, bernyanyi dan sebagainya. Jika teman saya berpikir bahwa menjadi guru Sekolah Minggu itu cuma tugas ringan, kenyataannya banyak gereja yang justru kesulitan mencari kandidat yang terbaik. Apa yang sulit adalah mencari orang-orang yang benar-benar terpanggil, benar-benar takut akan Tuhan dan mau mendedikasikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap anak-anak kecil yang polos dan lugu ini. Tugas atau panggilan untuk membimbing anak-anak untuk mengenal Tuhan sejak dini sesungguhnya merupakan tugas yang sangat penting dan mulia. Dan Tuhan sendiri menganggap ini sangat penting, bahkan tanggung jawabnya pun ternyata dikatakan jauh lebih berat ketimbang mengajar orang-orang dewasa yang sudah memiliki nalar sendiri.

Mari kita lihat kata-kata Yesus sendiri akan hal ini. "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut." (Matius 18:6). Lihatlah betapa berat konsekuensinya. Adalah lebih baik, kata Yesus, untuk mengikat batu penggilingan saja di leher dan kemudian menenggelamkan diri ke laut ketimbang mengajar asal-asalan sehingga bisa menyesatkan anak-anak. Apalagi jika membuat mereka berbuat dosa. (ay 7). Menurut Tuhan, justru tidak sembarang orang bisa mengerjakan hal ini, gereja tidak boleh sembarangan dalam merekrut pekerja. Ada panggilan mulia yang dinilai sangat penting oleh Tuhan sendiri disertai dengan konsekuensi yang sangat berat pula.

Anak-anak sangatlah dinilai berharga di mata Tuhan. Lihatlah perikop pembuka Matius 18 ini. Ketika itu para murid bertanya "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" (ay 1). Dan Yesus menjawab dengan memanggil seorang anak kecil sebagai peraga langsung di hadapan mereka, lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (ay 3). Yesus kemudian melanjutkan "Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (ay 4-5). Dalam kesempatan lain Yesus juga pernah berkata: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."(Markus 10:15, Lukas 18:17). Bayangkan jika anak-anak kecil ini justru rusak di tangan kita. Dunia yang akan mereka isi setelah mereka dewasa adalah dunia yang jahat, kejam lengkap dengan segala penyesatan di dalamnya. Mereka harus dibekali dengan baik sedini mungkin agar memiliki cukup kekuatan dan iman untuk tetap hidup lurus di dalamnya. Tidaklah mengherankan apabila Tuhan memberi konsekuensi yang sangat berat apabila kerusakan ternyata berasal dari kita. Begitu besar arti anak kecil di mata Tuhan. Oleh karena itu kita tidak boleh membiarkan mereka menjadi rusak sejak kecil. Kita harus membimbing mereka, mengenalkan mereka kepada Kristus sejak dini agar mereka bisa bertumbuh dengan pengenalan yang baik dan rasa takut atau hormat akan Tuhan.

Pesan ini bukan hanya berlaku untuk para guru Sekolah Minggu, tetapi juga bagi para orang tua. Ada banyak orang tua yang hanya mementingkan mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan dan pendidikan anak-anaknya tetapi kemudian mengabaikan pentingnya pengajaran akan firman Tuhan atau memperkenalkan pribadi Kristus secara benar kepada anak-anaknya. Atau mungkin mereka sudah mengajar, tetapi mereka sama sekali tidak memberikan keteladanan lewat contoh nyata dari sikap atau gaya hidup mereka sendiri. Anak kecil sama seperti buku tulis yang kosong, dan orang tua sangatlah berperan untuk menentukan tulisan-tulisan seperti apa yang akan mengisi buku itu. Anak kecil cenderung mencontoh perilaku orang tuanya, itu malah lebih mereka perhatikan dan tiru ketimbang berbagai pengajaran secara teori saja. Mereka cuma anak kecil, tidak tahu apa-apa? Pandangan seperti ini sebaiknya kita ubah mulai sekarang, karena Tuhan tegas mengatakan bahwa kita tidak boleh menganggap remeh atau rendah anak-anak kecil. "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10). Jika pandangan  yang menganggap anak-anak kecil itu tidak apa-apa diabaikan dan diremehkan, maka sekali lagi, lebih baik mengikat batu kilangan di leher dan meenggelamkan diri ke laut daripada melakukan itu, karena konsekuensi penyesatan anak-anak ini sesungguhnya sangatlah berat.

Mengajar atau memperkenalkan Kristus kepada anak-anak kecil bukanlah tugas yang ringan. Mereka tidak akan mengerti hanya dengan mendengarkan satu kali saja. Kita harus berulang-ulang menjelaskan kepada mereka agar mereka bisa menangkap dengan baik apa yang menjadi kerinduan Tuhan bagi mereka. Dan Alkitab sudah mengingatkan hal itu. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Mengajarkan berulang-ulang itu penting, tetapi itu tidak akan ada gunanya apabila tidak disertai dengan contoh teladan yang baik pula dari kita sendiri. Kembali Firman Tuhan pun menyatakan hal itu. "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 8-9).

Menjadi pengajar atau pekerja-pekerja yang terlibat dalam kegiatan Sekolah Minggu memerlukan keseriusan dan komitmen yang tinggi, bukan sekedar asal-asalan saja. Menjadi orang tua dari anak-anak kita pun demikian juga. Hari ini saya secara khusus memberi hormat kepada para guru Sekolah Minggu dan para orang tua yang sudah memegang komitmen mulia ini. Di tangan anda-lah terletak masa depan dari calon-calon pahlawan dan pemenang di masa depan ini. Apa yang anda berikan dan contohkan akan mengisi tiap lembar buku mereka. Saya juga mau mengingatkan, jika teman-teman ada yang terbeban untuk melayani anak-anak kecil ini, mengertilah dengan sungguh-sungguh betapa berharganya kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepada anda. Mendidik dan membimbing anak kecil bukanlah urusan sepele dan tidak boleh dianggap remeh. Bagaimana mereka kelak di masa depan akan sangat tergantung dari bagaimana anda menyeriusinya hari ini.

Ajarkan dan berikan keteladanan kepada anak-anak kita, karena mereka sangatlah berharga di mata Tuhan

Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan meninggalkan dan bersatu?

Jawaban:

“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Terjemahan yang lain mengajukan “leave and cleave” (KJV) sebagai “leave and be united” (NIV), “leave and bejoined” (NASB), dan “leave and hold fast” (ESV). Jadi, persisnya apa yang dimaksud dengan meninggalkan ayahmu dan ibumu dan bersatu dengan pasanganmu?

Sebagaimana tercatat dalam Kejadian pasal 2, Allah menciptakan Adam terlebih dahulu, dan kemudian Hawa. Allah sendiri membawa Hawa kepada Adam. Allah sendiri menentukan bahwa mereka akan dipersatukan dalam satu ikatan pernikahan yang suci. Dia berkata bahwa mereka berdua akan menjadi satu daging. Ini adalah gambaran dari keintiman pernikahan—tindakan kasih yang tidak pernah melibatkan siapa pun juga. “Bersatu” artinya “menempel kepada, melekat kepada, atau bergabung dengan.” Adalah suatu penyatuan yang unik dari dua orang menjadi satu kesatuan. Itu berarti kita tidak berhenti pada saat berbagai hal tidak berjalan dengan baik. Hal ini termasuk menyelesaikan masalah, berdoa untuk masalah-masalah, sabar sementara Anda percaya kepada Allah untuk bekerja dalam hati Anda berdua, rela mengaku pada waktu Anda bersalah dan meminta pengampunan, dan mencari petunjuk Allah secara teratur dalam Firman-Nya.

Jika salah satu pasangan gagal untuk meninggalkan dan bersatu, masalah akan timbul dalam pernikahan. Jika pasangan menolak untuk sungguh-sungguh meninggalkan orangtua mereka, konflik dan tekanan terjadi. Meninggalkan orangtua Anda tidak berarti tidak mempedulikan mereka atau tidak meluangkan waktu untuk mereka. Meninggalkan orangtua Anda berarti mengenali bahwa pernikahan Anda menghasilkan keluarga yang baru dan bahwa keluarga baru ini harus lebih tinggi prioritasnya daripada keluarga Anda yang sebelumnya. Jika pasangan mengabaikan untuk bersatu dengan lainnya, akibatnya adalah kekurangan keintiman dan kesatuan. Bersatu dengan pasangan Anda tidak berarti bersama-sama dengan dia setiap saat atau tidak mempunyai hubungan persahabatan yang berarti di luar pernikahan Anda. Bersatu dengan pasangan Anda maksudnya mengaku bahwa Anda dipersatukan, pada dasarnya “ditempelkan,” kepada pasangan Anda. Bersatu adalah kunci dalam membangun suatu pernikahan yang akan bertahan dalam waktu yang sulit dan menjadi hubungan yang indah yang Allah rencanakan.

“Meninggalkan dan bersatu” dalam ikatan pernikahan adalah juga sebuah gambaran dari kesatuan Allah yang Allah ingin kita miliki dengan Dia. “TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut” (Ulangan 13:4). Itu berarti bahwa kita meninggalkan semua allah yang lain, apapun bentuknya, dan bersatu hanya dengan-Nya saja sebagai Allah kita. Kita bersatu dengan Dia pada saat kita membaca Firman-Nya dan tunduk kepada kekuasaan-Nya atas kita. Kemudian, sementara kita mengikuti Dia secara dekat, kita menemukan bahwa perintah-Nya untuk meninggalkan ayah dan ibu dengan tujuan untuk bersatu dengan pasangan kita adalah untuk menemukan komitmen dan keamanan, seperti yang Dia inginkan. Allah mengambil rancangan-Nya untuk pernikahan secara sungguh sungguh. Meninggalkan dan bersatu adalah rencana Allah untuk mereka yang menikah. Pada saat kita mengikuti rencana Allah, kita tidak pernah dikecewakan.

Pertanyaan: Apa artinya menjadi satu daging dalam suatu pernikahan?


Jawaban:

Istilah “satu daging” berasal dari kisah Kejadian mengenai penciptaan Hawa. Kejadian 2:21-24 menggambarkan proses di mana Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk yang diambil dari sisi Adam ketika dia tidur. Adam mengakui bahwa Hawa adalah bagian dari dirinya—mereka secara kenyataan adalah “satu daging”. Istilah “satu daging” berarti bahwa sebagaimana tubuh kita adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipotong-potong dan tetap utuh, demikianlah rencana Allah bagi hubungan pernikahan. Bukan lagi dua makhluk (dua individu), tetapi sekarang adalah satu kesatuan (pasangan yang menikah). Ada sejumlah aspek dari kesatuan yang baru ini.

Dalam hubungan dengan ikatan emosi, unit yang baru itu lebih penting dari semua hubungan yang sebelumnya dan yang akan datang. Beberapa pasangan yang sudah menikah terus menempatkan ikatan dengan orang tua lebih daripada dengan pasangan yang baru. Ini adalah resep untuk bencana dalam pernikahan dan bertolak belakang dengan rencana Allah yang semula tentang “meninggalkan dan bersatu.” Masalah yang sama bisa berkembang ketika pasangan mulai menarik diri lebih dekat kepada anak untuk memenuhi kebutuhan emosinya daripada kepada pasangannya.

Secara emosi, rohani, intelek, keuangan, dan dalam setiap cara yang apapun, pasangan menjadi satu. Bahkan sebagaimana satu bagian tubuh mempedulikan bagian-bagian tubuh yang lain (lambung mencerna makanan untuk tubuh, otak memberi tubuh petunjuk untuk kebaikan dari seluruh tubuh, tangan bekerja demi tubuh, dll), demikianlah masing-masing pasangan dalam pernikahan mempedulikan yang lainnya. Setiap pasangan tidak lagi melihat uang sebagai uang “saya”; tetapi lebih sebagai uang “kami”. Efesus 5:22-33 dan Amsal 31:10-31 masing-masing menerapkan “kesatuan” ini kepada peranan suami dan kepada istri.

Secara fisik, mereka menjadi satu daging, dan hasil dari satu daging itu diwujudkan dalam anak-anak yang dihasilkan oleh kesatuan ini; anak-anak ini sekarang memiliki suatu bangunan genetik yang khusus, yang unik untuk kesatuan mereka. Bahkan dalam aspek seksual dari hubungan mereka, suami dan istri tidak menganggap tubuh mereka sebagai milik mereka sendiri tetapi kepunyaan pasangan mereka (1 Korintus 7:3-5). Juga mereka tidak berpusat pada kesenangan mereka sendiri tetapi lebih memberi kesenangan kepada pasangan mereka.

Kesatuan ini dan keinginan untuk menguntungkan satu sama lain tidaklah otomatis, khususnya setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Manusia, dalam Kejadian 2:24, diberitahukan untuk “bersatu” dengan istrinya. Kata ini mengandung dua pemikiran. Kesatu adalah “ditempelkan” kepada istrinya, suatu gambaran dari betapa eratnya ikatan pernikahan itu. Aspek yang lain adalah “mengejar” istri. “Mengejar” ini adalah melampaui masa pacaran dan masuk kepada pernikahan, dan terus berlanjut sepanjang pernikahan. Kecenderungan daging adalah “melakukan apa yang terasa baik bagiku” bukannya memikirkan apa yang akan menguntungkan pasangan. Dan sikap berpusat kepada diri sendiri ini adalah tempat di mana pernikahan umumnya jatuh begitu “bulan madu berakhir.” Daripada setiap pasangan memusatkan perhatian kepada bagaimana kebutuhannya tidak dipenuhi, seharusnya dia tetap memusatkan perhatian pada pemenuhan kebutuhan pasangannya.

Seindah apapun bagi dua orang yang hidup bersama memenuhi kebutuhan satu sama lain, Allah memiliki panggilan yang lebih tinggi untuk pernikahan. Sama seperti mereka melayani Kristus dengan kehidupan mereka sebelum pernikahan (Roma 12:1-2), sekarang mereka melayani Kristus bersama sebagai satu unit dan membesarkan anak-anak mereka untuk melayani Allah (1 Korintus 7:29-34; Maleakhi 2:15; Efesus 6:4). Priskila dan Akwila, dalam Kisah 18, akan menjadi contoh yang baik untuk hal ini. Sebagai pasangan yang melayani Kristus bersama, sukacita yang Roh Kudus berikan akan memenuhi pernikahan mereka (Galatia 5:22-23). Di Taman Eden, ada tiga kehadiran (Adam, Hawa, dan Allah), dan ada sukacita. Jadi, jika Allah adalah pusat dari suatu pernikahan hari ini, akan ada sukacita. Tanpa Allah, kesatuan yang sejati dan sempurna adalah mustahil adanya.  

Pertanyaan: Pernikahan yang langgeng – apa kuncinya?

Jawaban:

Rasul Paulus mengatakan bahwa istri “terikat” kepada suaminya selama dia masih hidup. “Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu” (Roma 7:2). Prinsip yang dapat kita petik dari ayat ini adalah bahwa seseorang haruslah meninggal dunia sebelum ikatan pernikahan berakhir. Ini adalah pandangan Tuhan dan sering kali pandangan ini tidak sesuai dengan realita pernikahan pada zaman sekarang. Dalam masyarakat modern lebih dari 51% pernikahan berakhir dengan perceraian. Ini berarti lebih setengah dari pasangan yang mengucapkan janji, “Sampai kematian memisahkan kita” tidak bertahan sampai tahap itu.

Dengan demikian, pertanyaannya adalah, apa yang dapat dilakukan oleh pasangan yang menikah untuk mempertahankan pernikahan “sampai kematian memisahkan kita?” Hal yang pertama dan paling utama adalah ketaatan seseorang kepada Tuhan dan FirmanNya. Ini adalah prinsip yang berkuasa dalam hidup laki-laki dan perempuan sebelum menikah dan sebelum mereka terikat. Allah berkata, “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” (Amos 3:3). Untuk mereka yang sudah lahir kembali hal ini berarti tidak membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang yang belum percaya. “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14). Jika prinsip yang satu ini diikuti, tidak akan ada banyak sakit hati dan penderitaan dalam pernikahan.

Prinsip lain yang dapat melindungi kelanggengan pernikahan adalah bahwa suami harus menaati Tuhan dan mencintai, menghormati dan melindungi isterinya sebagaimana dirinya sendiri (Efesus 5:25-31). Sebaliknya, istri harus menaati Tuhan dan tunduk kepada suaminya, “sebagaimana kepada Tuhan” (Efesus 5:22). Pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah gambaran rohani dari hubungan antara Kristus dan gereja. Kristus memberi diri kepada Gereja dan dia mencintai, menghomati dan melindunginya sebagai “mempelai wanita”-Nya (Wahyu 19:7-9).

Ketika Tuhan membawa Hawa kepada Adam dalam pernikahan yang pertama, dia diciptakan dari “daging dan tulang” Adam (Kejadian 2:31) dan mereka menjadi “satu daging” (Kejadian 2:23-24). Inilah konsep yang hilang dari masyarakat modern. Menjadi satu daging adalah lebih dari sekedar bersatu secara fisik. Menjadi satu daging berarti bertemunya dan bersatunya pikiran dan hati. Hubungan ini jauh melampaui daya tarik seksual atau emosi dan masuk ke dalam “kesatuan” secara rohani yang hanya dapat diperoleh kalau kedua pihak berserah kepada Allah dan satu dengan yang lainnya. Ini adalah hubungan yang bukan terdiri dari “saya” namun terdiri dari “kita.” Ini adalah salah satu rahasia dari pernikahan yang langgeng. Mempertahankan pernikahan sampai kematian memisahkan kita adalah suatu hal yang harus menjadi prioritas dari kedua belah pihak. Meneguhkan hubungan vertikal kita dengan Allah akan memberi jaminan kokoh bahwa hubungan horizontal antara suami dan istri akan langgeng dan memuliakan Tuhan.

Pertanyaan: Apa yang diperbolehkan/dilarang untuk dilakukan oleh pasangan Kristen dalam soal seks?

Jawaban:

Alkitab mengatakan bahwa “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah” (Ibrani 13:4). Alkitab tidak pernah memberitahukan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh suami isteri dalam hal seks. Suami dan istri dinasehati “Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu” (1 Korintus 7:5). Ayat ini mungkin menggaris bawahi prinsip untuk hubungan seks dalam pernikahan. Apapun yang dilakukan harus berdasarkan persetujuan bersama. Tidak ada seorangpun yang boleh dipaksa atau dimanipulasi untuk melakukan sesuatu yang dia tidak sukai atau yang dia anggap salah. Jikalau suami dan istri sepakat untuk mencoba sesuatu (seks oral, posisi yang berbeda, alat/mainan seks, dll) – Alkitab tidak memberi alasan mengapa mereka tidak boleh mencobanya.

Ada beberapa hal yang tidak pernah diizinkan secara seksual untuk pasangan yang menikah. “Saling tukar pasangan” atau “membawa orang lain” jelas-jelas adalah perzinahan (Galatia 5:19; Efesus 5:3; Kolose 3:5; 1 Tesalonika 4:3). Perzinahan adalah dosa sekalipun diizinkan dan direstui oleh pasangan Anda atau bahkan sekalipun diapun terlibat di dalamnya. Pornografi memusatkan perhatian pada “keinginan daging dan keinginan mata” (1 Yohanes 2:16) dan karena itu tidak disukai Tuhan. Selain kedua hal ini, Alkitab tidak secara khusus melarang apa yang dilakukan oleh suami isteri satu terhadap yang lain, sepanjang itu berdasarkan persetujuan bersama.

Pertanyaan: Apakah isteri harus tunduk pada suaminya?

Jawaban:

Ini adalah topik yang sangat penting dalam pernikahan dan juga dalam hidup sehari-hari. Allah mendesain soal tunduk ini di dalam Kejadian. Pada mulanya, karena tidak ada dosa, manusia tidak perlu tunduk kepada siapapun selain kepada kuasa Tuhan. Ketika Adam dan Hawa tidak menaati Allah, dosa masuk ke dalam dunia dan karena itu dibutuhkan otoritas. Karena itu Allah menetapkan otoritas yang dibutuhkan untuk menegakkan hukum negara dan juga untuk melindungi kita. Pertama-tama, kita perlu tunduk kepada Allah yang adalah merupakan satu-satunya cara untuk menaati Dia secara penuh (Yakobus 1:21 dan Yakobus 4:7). Dalam 1 Korintus 11:2-3 kita mendapatkan bahwa suami harus tunduk kepada Kristus sebagaimana Kristus tunduk kepada Allah. Ayat ini selanjutnya mengatakan bahwa isteri patut mengikuti teladan ini dan tunduk kepada suaminya. Ayat-ayat lain mengenai Kristus tunduk kepada Allah dapat ditemukan dalam Matius 26:39 dan Yohanes 5:30.

Tunduk adalah respon alamiah kepada kepemimpinan dalam kasih. Ketika seorang suami mengasihi isterinya sebagaimana Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25-33) maka tunduk adalah respon alamiah dari isteri kepada suaminya. Kata bahasa Yuanni yang diterjemahkan tunduk (hupotasso) adalah kata kerja yang berbentuk terus menerus. Ini berarti bahwa tunduk kepada Allah, pemimpin kita, dan suami kita, bukanlah tindakan yang dilakukan satu kali. Tunduk adalah sikap yang terus menerus ada dalam pikiran kita dan menjadi pola tingkah laku kita. Tunduk yang dibicarakan dalam Efesus 5 bukanlah berbicara mengenai sikap tunduk sepihak dari orang percaya kepada orang yang egois dan mau menguasai. Sikap tunduk dalam Alkitab didesain sebagai sikap di antara dua orang percaya yang dipenuhi Roh dan saling tunduk satu dengan yang lain dan kepada Allah. Tunduk adalah jalan dua arah. Tunduk adalah posisi kehormatan dan kesempurnaan. Ketika isteri dikasihi sebagaimana Kristus mengasihi jemaatnya, tunduk tidaklah sulit. Efesus 5:24 mengatakan, “Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Efesus 5:24). Ayat ini mengatakan bahwa isteri harus tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu yang benar dan menurut hukum. Karena itu isteri tidak wajib melanggar hukum atau mengabaikan hubungannya dengan Allah.

Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang diambil dari sisi Adam, bukan dibuat dari kepalanya untuk memerintah dia, bukan dari kakinya untuk diinjak-injak olehnya, namun dari sisinya untuk menjadi sederajat dengan dia, di bagian bawah dari tangannya untuk dilindungi, dekat ke hatinya untuk dikasihi. Kata “tunduk” dalam Efesus 5:21 adalah kata yang sama dalam 5:22. Orang-orang percaya harus tunduk satu dengan yang lainnya karena menghormati Kristus. Ayat 19-21 berbicara mengenai hasil-hasil kepenuhan Roh Kudus (5:18). Orang-orang percaya yang penuh dengan Roh Kudus selalu menyembah (5:19), bersyukur (5:20), dan tunduk (5:21). Paulus kemudian melanjutkan jalan pikirannya tentang hidup yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan menerapkannya kepada suami dan isteri dalam ayat 22-23.

A Great Man......

Remember...

A man is as great as the dreams he dreams,
as great as the love he bears;
As great as the values he redeems,
and the happiness he shares.
A man is as great as the thoughts he thinks,
as the worth he has attained;
As the fountains at which his spirit drinks,
and the insight he has gained.

A man is as great as the truth he speaks,
as great as the help he gives,
As great as the destiny he seeks,
as great as the life he lives. Amen♥

Rabu, 18 Januari 2012

MANA BISA SEMBUNYI?


  Jenny tergesa-gesa mencuci tangannya. Segera setelah itu, ia
   berlari ke kelas meninggalkan teman-temannya. Bocah berusia empat
   tahun ini membenamkan kepalanya ke dalam tas ransel besarnya. Tak
   lama kemudian, suaranya yang lantang membuat saya, yang saat itu
   berjalan melewati kelasnya yang terbuka, tercengang melihat ulahnya.
   "Ibu guru, aku sedang sembunyi!" Jenny berpikir jika kepalanya tidak
   terlihat, maka seluruh tubuhnya pun tidak akan terlihat!
  
   Apa yang Jenny lakukan mengingatkan saya tentang Tuhan Yang
   Mahatahu. Tuhan mengenal dan menyelidiki kita (ayat 1). Dia tahu apa
   yang kita lakukan, yang juga dapat diketahui orang lain. Dia tahu
   keseharian hidup kita: duduk, berdiri, berjalan, berbaring (ayat
   2-3). Ia bahkan tahu apa yang orang lain tidak tahu: sesuatu yang
   tersimpan dalam pikiran kita (ayat 2) serta perkataan yang belum
   keluar dari mulut kita (ayat 4). Benarlah apa yang pemazmur katakan
   bahwa kita tidak mungkin dapat bersembunyi dari hadapan-Nya.
  
   Disadari atau tidak, mungkin adakalanya Anda dan saya bertingkah
   seperti Jenny. Kita berusaha menyembunyikan rapat-rapat kesalahan
   kita dari hadapan Tuhan. Kita berlari menjauh dari-Nya, berpikir
   bahwa kita dapat hidup tanpa berurusan dengan Tuhan. Betapa sia-sia
   hidup seperti itu! Pemahaman bahwa Tuhan Mahatahu seharusnya membuat
   kita tidak lagi berlari dan bersembunyi dari Tuhan, tetapi justru
   membawa diri kita untuk senantiasa dikenal dan diselidiki oleh
   Tuhan. Membuka diri untuk ditegur, diperbaiki, dan dibentuk semakin
   serupa dengan Kristus. 

            SELIDIKILAH AKU, YA ALLAH DAN PERIKSALAH HATIKU
           UJILAH AKU DAN TUNTUNLAH AKU DI JALAN YANG KEKAL!