Selasa, 24 Januari 2012

Pertanyaan: Apa yang dikatakan Alkitab mengenai menjadi orangtua yang baik?

Jawaban:

Menjadi orangtua bisa menjadi peristiwa yang sulit dan menakutkan, tetapi adalah salah satu hal yang paling berpahala dan berbobot memuaskan yang dapat kita lakukan. Tuhan banyak berbicara mengenai cara kita mendidik anak untuk menjadi pribadi yang saleh. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengajar mereka kebenaran Firman Tuhan.

Sejalan dengan mengasihi Tuhan dan menjadi contoh yang saleh dengan mengkomitmenkan diri kita sendiri pada perintah-Nya, kita perlu untuk “Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau sedang duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu dan pada pintu gerbangmu” (Ulangan 6:7-9). Dengan secara kiasan simbolik mengikuti perintah-perintah yang Tuhan berikan kepada orang Ibrani, kita mengajarkan anak-anak kita bahwa menyembah Tuhan harus konstan, bukan hanya hari minggu pagi atau doa malam.

Walaupun anak-anak kita belajar banyak hal melalui pengajaran langsung, mereka belajar jauh lebih banyak dari melihat kita. Inilah mengapa sebabnya mengapa kita harus berhati-hati dalam segala hal yang kita lakukan. Kita pertama-tama harus mengakui peranan yang diberikan Tuhan kita. Suami-suami dan istri-istri haruslah saling menghormati dan saling menundukkan diri (Efesus 5:21). Pada waktu yang sama, Tuhan telah menetapkan suatu garis otoritas untuk menjaga agar semuanya tetap teratur.

1 Korintus 11:3 berkata, “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” Kita tahu bahwa Kristus tidak di bawah Allah, sama seperti wanita tidak di bawah suaminya. Tuhan mengerti bahwa tanpa penundukan diri pada otoritas, tidak ada keteraturan. Tanggung jawab suami sebagai kepala dari rumah tangga ialah mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri, dalam cara pengorbanan yang sama Kristus mengasihi Gereja (Efesus 5:25-29).

Dalam respon pada kepemimpinan kasih, adalah tidak sulit bagi istri untuk menundukkan diri pada otoritas suaminya (Efesus 5:24, Kolose 3:18). Tanggung jawab utama istri adalah mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup dengan bijaksana dan kudus, dan mengurus rumah (Titus 2:4-5). Wanita secara alami lebih bersifat memelihara daripada pria karena mereka memang didesain untuk menjadi pengasuh utama dari bayi anak-anak mereka.

Disiplin dan instruksi adalah bagian integral dari menjadi oang tua orangtua. Amsal 13:24 berkata, “Siapa yang menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Anak-anak yang tumbuh tanpa disiplin dalam rumah merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Mereka kurang arah dan kontrol diri, dan seiring dengan bertumbuhnya mereka akan memberontak dan memiliki sedikit dan atau sama sekali tidak memiliki hormat pada otoritas, termasuk otoritas Tuhan. “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya” (Amsal 19:18).

Pada waktu yang sama, disiplin harus diseimbangkan dengan kasih, atau anak dapat tumbuh dalam kebencian, penakut, dan pemberontak (Kolose 3:21). Tuhan mengetahui bahwa disiplin itu menyakitkan ketika terjadi (Ibrani 12:11), tapi jika diikuti dengan instruksi yang mengasihi, itu menjadi luar biasa berharga untuk anak. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).

Adalah penting untuk melibatkan anak-anak dalam pelayanan dan keluarga Gereja ketika mereka masih muda. Datang ke Gereja yang percaya Alkitab (Ibrani 10:25), biarkan mereka untuk melihat Anda belajar Firman Tuhan, dan juga belajar Firman bersama dengan mereka. Diskusikan dengan mereka dunia di sekitar sewaktu Diskusikan dunia sekitar mereka sebagaimana mereka melihatnya, dan ajarkan mereka mengenai kemuliaan Tuhan melalui kehidupan sehari-hari mereka. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar